PERBEDAAN
PENGGUNAAN OKSIGEN (O2) DALAM PROSES RESPIRASI BEBERAPA JENIS HEWAN
(CACING TANAH (Gryllus assimilis),
CICAK (Hemidactylus platyurus),
BELALANG (Valanga sp), DAN JANGKRIK (Lumbricus terrestis))
DIFFERENCES IN
THE USE OF OXYGEN (O2) IN SOME KIND OF ANIMAL respiration (WORM SOIL (Gryllus assimilis), gecko (Hemidactylus platyurus), GRASSHOPPER (Valanga sp), AND CRICKET (Lumbricus terrestis))
Siti
Rosida, 140210103019, Fisiologi Hewan Kelas A
Program
Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Jember
Abstrak
Respirasi
merupakan proses pertukaran gas oksigen (O2) dengan karbondioksida
(CO2) yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Respirasi ini
bertujuan untuk menghasilkan energi yang diperlukan bagi tubuh untuk melakukan
proses metabolisme tubuh. Penelitian ini membuktikan bahwa dalam proses respirasi
membutuhkan oksigen dan laju respirasi pada masing-masing hewan berbeda-beda.
Kebutuhan oksigen pada berbagai jenis hewan yang meliputi cacing tanah (Gryllus assimilis), cicak (Hemidactylus platyurus), belalang (Valanga sp), dan jangkrik (Lumbricus terrestis) berbeda-beda, hal
tersebut dapat dibuktikan dari hasil pengamatan yang diperoleh. Perbedaan
kebutuhan oksigen tersebut juga berpengaruh terhadap laju respirasi pada
masing-masing hewan. Selain itu juga terdapat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi respirasi yaitu, berat hewan, umur, kegiatan tubuh, posisi tubuh
dan jenis kelamin.
Kata kunci: karbondioksida, laju, oksigen,
respirasi
Abstract
Respiration is the process of exchange of oxygen gas (O2) and carbon
dioxide (CO2), which occurs in the living body. Respiration is intended to
produce the energy required for the body to metabolize body. This research
proves that in the process of respiration requires oxygen and respiration rate
of each animal is different. Oxygen requirement in many types of animals that
includes earthworms (Gryllus assimilis),
gecko (Hemidactylus platyurus),
grasshoppers (Valanga sp), and
crickets (Lumbricus terrestis) is
different, it can be proved from observations obtained. Differences in the
oxygen requirement also affects the respiration rate of each animal. In
addition, there are factors that can affect the respiratory ie, the weight of
the animal, age, body activity, body position and gender.
Keywords: carbon dioxide, rate, oxygen, respiration
PENDAHULUAN
Setiap makhluk hidup
melakukan proses respirasi yang membutuhkan oksigen (O2). Setiap
hewan mampu bertahan hidup beberapa minggu tanpa makan atau beberapa hari tanpa
minum, akan tetapi hewan hanya mampu bertahan hidup beberapa menit tanpa oksigen,
karena oksigen merupakan kebutuhan yang paling penting dalam tubuh makhluk hidup.
Oleh karena itu, tujuan pertama praktikum ini dilakukan yaitu untuk membuktikan
bahwa respirasi membutuhkan oksigen (O2). Selain itu, kecepatan
penggunaan oksigen dalam proses respirasi pada masing-masing hewan berbeda.
Oleh karena itu, tujuan kedua praktikum ini dilakukan untuk menghitung
kecepatan penggunaan oksigen (O2) dalam proses respirasi beberapa
jenis hewan.
METODE
PENELITIAN
Praktikum ini
dilaksanakan di laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Jember pada tanggal 28 Oktober 2016. Alat yang digunakan
dalam praktikum ini yaitu respirometer, beaker glass, pipet, pencatat waktu,
dan timbangan analitik. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu cacing tanah (Gryllus assimilis), cicak (Hemidactylus platyurus), belalang (Valanga sp), jangkrik (Lumbricus terrestis), KOH/NaOH kristal,
vaselin, kapas, dan eosin.
Praktikum ini dilakukan
dalam beberapa prosedur, yaitu menyediakan alat respirometer dan menimbang
hewan yang digunakan untuk uji coba. Lalu memasukkan hewan percobaan ke dalam
tabung respirometer dan memasukkan pula KOH dan NaOH kristal yang telah
dibungkus dengan kapas. Kemudian menutup tabung dengan pipet kapiler yang terdapat
pada respirometer dan meletakkan alat respirometer tersebut pada posisi
horizontal. Selanjutnya memasukkan eosin ke dalam ujung pipa kapiler dengan
menggunakan pipet sebanyak satu tetes. Kemudian mengamati dan mengukur gerakan
eosin tiap satu menit dalam selang waktu 30 menit. Serta menghitung kecepatan
penggunaan oksigen tiap menit pada masing-masing hewan coba.
HASIL
PENELITIAN
Kelompok
|
Berat
|
Hewan
|
Interval Kec.
Penggunaan Oksigen (tiap menit)
|
Rata-rata
|
Laju respirasi
|
|||||||||||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
18
|
19
|
20
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
27
|
28
|
29
|
30
|
|||||
1
|
0,1 gr
|
Belalang
|
0,22
|
0,18
|
0,13
|
0,08
|
0,08
|
0,04
|
0,06
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,11
|
0,11/ 60 s
|
2
|
35 gr
|
Cacing
|
0,06
|
0,12
|
0,12
|
0,11
|
0,06
|
0,05
|
0,05
|
0,05
|
0,03
|
0,02
|
0,03
|
0,02
|
0,01
|
0
|
0,02
|
0,01
|
0,01
|
0,01
|
0,02
|
0,03
|
0,02
|
0,02
|
0
|
0,03
|
0,01
|
|
|
|
|
|
0,04
|
0,04/ 60 s
|
3
|
1,5 gr
|
Cicak
|
0,1
|
0,1
|
0,08
|
0,07
|
0,05
|
0,07
|
0,07
|
0,02
|
0,01
|
0,03
|
0,02
|
0,04
|
0,05
|
0,03
|
0,02
|
0,03
|
0,02
|
0,01
|
0
|
0,03
|
0
|
0
|
0,13
|
0,03
|
0,05
|
0,05
|
|
|
|
|
0,04
|
0,04/ 60 s
|
4
|
1,5 gr
|
Cacing
|
0,08
|
0,06
|
0,06
|
0,05
|
0,05
|
0,04
|
0,02
|
0,05
|
0,04
|
0,02
|
0,04
|
0,02
|
0,02
|
0,02
|
0,02
|
0,02
|
0,01
|
0,03
|
0,01
|
0,02
|
0,03
|
0,01
|
0,01
|
0,02
|
0,01
|
0,02
|
0,04
|
|
|
|
0,03
|
0,03/ 60 s
|
5
|
0,25 gr
|
Belalang
|
0,13
|
0,08
|
0,07
|
0,06
|
0,05
|
0,03
|
0,02
|
0,02
|
0,01
|
0,02
|
0,2
|
0,02
|
0
|
0,02
|
0,01
|
0
|
0,005
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0,015
|
0,01
|
0,01
|
0,01
|
0,02
|
0,05
|
0,015
|
0
|
0,03
|
0,03/ 60 s
|
6
|
0,5 gr
|
Jangkrik
|
0,12
|
0,1
|
0,1
|
0,08
|
0,1
|
0,07
|
0,08
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,09
|
0,09/ 60 s
|
7
|
3,5 gr
|
Cicak
|
0,28
|
0,18
|
0,16
|
0,12
|
0,06
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0,16
|
0,16/ 60 s
|
PEMBAHASAN
Proses pengambilan oksigen dan pembebasan karbondioksida dikenal sebagai respirasi (pernafasan). Istilah
pernafasan berlaku untuk hewan secara keseluruhan maupun proses yang terjadi di
dalam sel. Hewan mengambil oksigen dari medium dimana dia hidup dan memberikan
karbondioksida ke medium tersebut
(Soewolo, 2000). [1]
Oksigen diperlukan untuk oksidasi
zat makanan. Dari proses oksidasi ini akan dihasilkan energi untuk berbagai
keperluan tubuh. Hasil samping dari proses oksidasi adalah gas karbondioksida
(CO2) yang selanjutnya akan dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian antara
tubuh dengan lingkungan sekitarnya berlangsung suatu proses pertukaran gas O2
dan CO2. Ada beberapa fungsi pernafasan,
fungsi berlaku pada seluruh mahluk hidup yang bertulang belakang. Urutan dua
teratas merupakan fungsi utama, selanjutnya merupakan sekunder dari sistem
pernafasan yaitu, menyediakan oksigen untuk darah, mengambil karbon dioksida
dari dalam darah, membantu dalam mengatur keseimbangan dan regulasi keasaman
cairan ekstraseluler dalam tubuh, membantu pengendalian suhu elliminasi air,
fonasi (pembentukan suara) (Yulia, 2013). [2]
Anggota Familia Gekkonidae
merupakan kelompok hewan melata yang lebih dikenal sebagai cicak dan tokek.
Seperti halnya kadal pada umumnya, anggota Familia Gekkonidae memiliki dua
pasang tungkai, tympanum, dan tulang dada. Hewan ini dapat dijumpai di berbagai
habitat yang berbeda dari daerah hutan hingga ke perumahan. Beberapa jenis yang
diketahui mampu beradaptasi di lingkungan perumahan adalah Gekko gecko,
Hemidactylus frenatus, H. garnoti, Cosymbotus platyurus dan Gehyra
mutilata (Eprilurahman, 2012). [3]
Cacing tanah sangat dikenal di
masyarakat, terutama masyarakat pedesaan yang hampir setiap hari menemukan di kebun,
tegalan atau sawah. Pada tempat-tempat tersebut cacing tanah menempati bagian
permukaan tanah hingga jauh ke dalam tanah supaya terlindung dari sengatan
matahari (Darmi dkk, 2012). [4]
Corong hawa (trakea) adalah alat
pernafasan yang dimiliki oleh serangga dan anthropoda lainnya. Pembuluh trakea
bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel.
Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak
berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol
oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada
umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga
beristirahat (Yudiarti et all, 2004).
Salah satu proses fisiologi tubuh
serangga menggunakan proses respirasi untuk mendapatkan suplai energi dengan
mengambil oksigen dari udara luar. Oksigen akan ditransfer menuju sel dan
digunakan untuk respirasi oksidatif yang berperan dalam proses serapan energi.
Adanya peristiwa resistensi terhadap insektisida diduga akan berkaitan dengan
proses serapan energi dari respirasi (Jannatan et all, 2013).
Pada praktikum ini
menggunakan hewan coba yaitu cacing tanah (Gryllus
assimilis), cicak (Hemidactylus
platyurus), belalang (Valanga sp),
jangkrik (Lumbricus terrestis), yang
berfungsi sebagai hewan coba untuk menghitung laju respirasi. Selain itu
menggunakan KOH/NaOH kristal berfungsi sebagai pengikat CO2 dalam
proses respirasi yang berlangsung agar di dalam tabung respirometer tidak
terkumpul gas karbondioksida dari hasil proses respirasi hewan uji, karena jika
di dalam tabung respirometer terkumpul gas karbondioksida maka hewan uji akan
mati. Penggunaan eosin pada praktikum kali ini adalah sebagai indikator kadar
oksigen atau laju oksigen di dalam pipa respirometer, sehingga pengukuran laju
respirasi pada hewan coba dapat dilihat dari pergerakan eosin tersebut. Selanjutnya
fungsi vaselin atau plastisin yaitu untuk menghindari adanya kebocoran pada
alat respirometer sehingga hewan uji hanya dapat menghirup oksigen dari pipa
yang diberi eosin pada alat respirometer tersebut.
Kecepatan penggunaan
oksigen pada masing-masing hewan coba berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya yaitu berat hewan yang digunakan berbeda, jenis
hewan yang digunakan berbeda, dan alat respirasi pada hewan coba tersebut juga
berbeda. Oleh karena itu terdapat perbedaan laju respirasi pada masing-masing
hewan. Pada kelompok 1 menggunakan hewan coba belalang dengan berat 0.1 gram,
hasilnya menunjukkan proses respirasi hewan ini berlangsung selama 7 menit
dengan rata-rata laju respirasi 0.11 per menit. Pada kelompok 2 menggunakan
hewan coba cacing dengan berat 3.5 gram, hasilnya menunjukkan proses respirasi
hewan ini berlangsung selama 25 menit dengan rata-rata laju respirasi 0.04 per
menit. Pada kelompok 3 menggunakan hewan coba cicak dengan berat 1.5 gram,
hasilnya menunjukkan proses respirasi hewan ini berlangsung selama 25 menit
dengan rata-rata laju respirasi 0.04 per menit. Pada kelompok 4 menggunakan
hewan coba cacing dengan berat 1.5 gram, hasilnya menunjukkan proses respirasi
hewan ini berlangsung selama 26 menit dengan rata-rata laju respirasi 0.03 per
menit. Pada kelompok 5 menggunakan hewan coba belalang dengan berat 0.25 gram,
hasilnya menunjukkan proses respirasi hewan ini berlangsung selama 30 menit
dengan rata-rata laju respirasi 0.03 per menit. Pada kelompok 6 menggunakan
hewan coba jangkrik dengan berat 0.5 gram, hasilnya menunjukkan proses
respirasi hewan ini berlangsung selama 7 menit dengan rata-rata laju respirasi
0.09 per menit. Serta pada kelompok 7 menggunakan hewan coba cicak dengan berat
3.5 gram, hasilnya menunjukkan proses respirasi hewan ini berlangsung selama 5
menit dengan rata-rata laju respirasi 0.16 per menit.
Dari hasil pengamatan
yang didapatkan, laju respirasi yang paling cepat adalah cicak pada kelompok 7,
karena cicak memiliki organ pernapasan yang paling sempurna yaitu paru-paru
sehingga proses respirasi dapat berlangsung dengan cepat. Sedangkan pada
kelompok yang lain hasilnya menunjukkan bahwa terjadi suatu kesalahan, seperti
pada kelompok 5 yang menggunakan hewan uji belalang, hasilnya menunjukkan laju
respirasi lebih lambat lambat daripada pada kelompok 1. Hal ini dapat
disebabkan beberapa faktor yaitu terjadi kesalahan dari praktikan atau pada
alat respirometer yang bocor. Karena jika alat respirometer bocor, maka hewan
uji akan memperoleh iksigen dari luar tabung respirometer sehingga pergerakan
eosin di dalam alat menjadi lambat.
Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi respirasi pada hewan yaitu pertama berat badan hewan, semakin
berat tubuh hewan maka oksigen yang di butuhkan semakin banyak di karenakan
proses metabolismenya ikut naik, sehingga laju respirasi semakin cepat. Kedua
yaitu umur, semakin tua maka oksigen yang di gunakan oleh tubuh semakin sedikit
di karenakan laju metabolisme tubuh tidak lagi secepat pada saat muda, oleh
karena itu laju respirasi semakin lambat. Ketiga yaitu kegiatan tubuh atau
aktivitas tubuh, dimana semakin banyak kegiatan yang di lakukan maka respirasi
akan meningkat. Keempat yaitu posisi tubuh, ketika berbeda posisi tubuh maka
berbeda pula laju respirasi yang terjadi. Kelima yaitu jenis kelamin hewan, hewan
jantan cenderung membutuhkan oksigen yang lebih banyak dari pada betina di
karenakan aktifitas tubuhnya lebih banyak jika di bandingkan dengan betina.
DAFTAR
PUSTAKA
[1] Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan.
Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
[2] Yulia, Ratna. 2013. Sistem
Pernafasan Pada
Manusia. Jurnal Pendidikan. Vol 1.
[3] Eprilurahman, Rury. 2012. Cicak
dan Tokek Di
Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Fauna
Indonesia. Vol. 11 No. 2 ISSN 0216-9169.
[4] Darmi, et all. 2012. Peran Populasi Cacing
Tanah
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Kangkung (Ipomoea Reptans Poir)
Organik. Jurnal
Ilmiah Konservasi Hayati.
Vol. 08 No. 02 ISSN 0216-9487.
[5] Yudiarti,
et all. 2004. Buku Ajar Biologi.
Semarang:
UNDIP Press.
[6] Jannatan,
et all. 2013. Laju Respirasi Kecoak
Jerman (Blattella
germanica, Dictyoptera;
Blattellidae) yang Resisten
Terhadap
Insektisida. Jurnal Biologi Universitas Andalas
(J. Bio. UA.).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar