Selasa, 13 Desember 2016

AKTIVITAS GERAK REFLEK PADA TUBUH KATAK (Rana sp) AKIBAT PENGARUH ASAM CUKA DAN ARUS LISTRIK



AKTIVITAS GERAK REFLEK PADA TUBUH KATAK (Rana sp) AKIBAT PENGARUH ASAM CUKA DAN ARUS LISTRIK
Siti Rosida, 140210103019, Fisiologi Hewan Kelas A
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember
Abstrak
Sistem saraf pada vertebrata terbagi 2 bagian, yaitu saraf pusat dan saraf tepi. Sistem saraf  tersebut terdiri atas otak dan susmsum tulang belakang, dan hal tersebut berhubungan dengan kontraksi otot. Gerak refleks merupakan gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling  sederhana. Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung disampaikan oleh neuron perantara. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas refleks yang ada pada tubuh hewan khususnya katak. Pengamatan ini dilakukan dengan memberikan dua perlakuan terhadap tubuh katak, yaitu perlakuan pemberian asam cuka dan perlakuan pemberian arus listrik. Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan pemberian asam cuka dan perlakuan pemberian arus listrik menimbulkan gerak refleks pada tubuh katak yang ditandai dengan adanya gerakan terkejut pada tungkai bawah katak. Perlakuan pemberian asam cuka menimbulkan gerak refleks yang lebih lambat dibandingkan  perlakuan pemberian arus listrik. Karena sumsum tulang belakang merupakan pusat gerak refleks, maka dilakukan perusakan pada sumsum tulang belakangnya menunjukkan respon tidak seperti keadaan normal. Hal tersebut ditunjukkan dari semakin tingginya tingkat perusakan sumsum tulang belakang maka semakin lemah respon yang diberikan.
Kata kunci: arus listrik, asam cuka, reflek, saraf
PENDAHULUAN
Sistem saraf vertebrata terbagi menjadi 2 bagian, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem tersebut terdiri atas otak dan susmsum tulang belakang, dan hal tersebut berhubungan dengan kontraksi otot. Oleh karena itu praktikum ini dilakukan karena bertujuan untuk mengetahui aktivitas refleks yang ada pada tubuh hewan khususnya katak.
METODE PENELITIAN
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember pada tanggal 25 November 2016A. alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat dan papan seksio, kaca pengaduk, statif, benang, dan adaptor dengan berbagai voltase. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu katak (Rana sp), asam cuka pekat, dan garam fisiologi.
Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan dua macam perlakuan, yaitu perlakuan pengaruh asam cuka dan perlakuan pengaruh arus listrik, serta dilakukan tiga kali pengulangan. Pada perlakuan asam cuka, katak ditusuk pada bagian kepala. Lalu rahang bagian atas katak dipotong dan disisakan rahang bawahnya. kemudian rahang bawah katak ditusuk menggunakan gunting dan benang, kemudian benang tersebut digantungkan pada statif. Lalu, tubuh katak dikuliti pada bagian tungkainya dan mencuci tungkai yang telah dikuliti dengan larutan garam fisiologis. Kemudian mencelupkan batang kaca pengaduk ke asam cuka dan mengoleskan pada tungkai depan dan belakang katak. Selanjutnya, mengamati respon atau gejala-gejala yang terjadi yang ditunjukkan oleh tubuh katak tersebut. Sedangkan pada perlakuan pengaruh arus listrik dilakukan dengan cara katak ditusuk pada bagian kepala. Lalu rahang bagian atas katak dipotong dan disisakan rahang bawahnya. kemudian rahang bawah katak ditusuk menggunakan gunting dan benang, kemudian benang tersebut digantungkan pada statif. Lalu, tubuh katak dikuliti pada bagian tungkainya dan mencuci tungkai yang telah dikuliti dengan larutan garam fisiologis.  Kemudian menyentuhkan ujung kabel positif pada masing-masing tungkai katak yang telah dialiri listrik dengan perlakuan masing-masing voltase 3V, 6V, 9V dan 12V. Selanjutnya, mengamati respon atau gejala-gejala yang terjadi yang ditunjukkan oleh tubuh katak tersebut.


HASIL PENELITIAN
kel
Tungkai
Tanpa perlakuan
Perlakuan I
Perlakuan II
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
Kanan
++++
+++
++
++
++
++
-
-
-
Kiri
++++
+++
++
++
+++
+++
+
+
+
2
Kanan
++
++
++
+
+
+
-
-
-
Kiri
++
++
++
+
+
+
-
-
-
3
Kanan
++++
+++
-
-
-
-
-
-
-
Kiri
++++
+++
-
-
-
-
-
-
-
4
Kanan
++
+++
+++
-
-
-
-
-
-
Kiri
+++
++
+++
-
-
-
-
-
-
5
Kanan
-
++++
++
+
-
-
+
-
-
Kiri
+
+
++
+
-
-
+
-
-
6
Kanan
++
+
+
-
-
-
-
-
-
Kiri
++
+
+
-
-
-
-
-
-
7
Kanan
++++
--
-
++
-
-
-
-
-
kiri
++++
-
-
-
-
-
-
-
-
Tabel Pengamatan Asam Cuka
Tabel Pengamatan Pemberian Arus Listrik
kel
tungkai
voltase
Tanpa perlakuan
Perlakuan 1
Perlakuan 2
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
kanan
3
++
++
+++
+++
+++
+++
++++
++++
++++
6
+++
+++
+++
+++
+++
+++
++++
++++
++++
9
++++
++++
++++
++
++
++
+++
+++
+++
12
++++
++++
++++
++
++
++
++++
++++
++++
kiri
3
++
+++
+++
+++
+++
+++
++++
++++
++
6
+++
+++
+++
+++
+++
+++
++
++
++
9
++++
++++
++++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
12
++++
++++
++++
++
++
++
++++
++++
++++
2
kanan
3
+
+++
++++
++++
++++
++++
+++
+++
+++
6
++++
++++
++++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
9
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
++
12
++
++
++
++
++
++
+++
+++
+++
kiri
3
++
+++
+++
+++
+++
+++
++
++
+++
6
++++
+++
++++
+++
+++
+++
+++
++
+++
9
++++
++++
++++
+++
+++
++
+++
+++
+++
12
++++
++++
++++
++
++
++
++
++
++
3
kanan
3
+
++
++
++
+++
++
++
+++
++
6
+++
++
++
++
+
+++
++
++
+++
9
+++
++++
+++
++++
+++
+++
+++
++++
+++
12
++++
++++
++++
+++
++++
++++
++++
+++
++
kiri
3
++
+
+++
++
++
++
+++
++
++
6
++
+++
++
++
++
++
++
+
+
9
++++
+++
+++
+++
+++
+++
++
++
++
12
++++
++++
++++
++++
++++
+++
++
++
++
4
kanan
3
+
+
+
-
+
-
+
-
-
6
++
++
++
+
++
++
+
+
-
9
+++
+++
+++
+++
++
+++
++
++
+++
12
+++
++++
++++
+++
+++
++
+++
++
+++
kiri
3
+
+
+
+
-
+
-
-
+
6
++
++
+
+
++
+
+
-
+
9
+++
+++
++
++
++
+++
++
++
+++
12
+++
++++
++++
++
++
+++
++
++
+++
5
kanan
3
++++
++++
++++
+++
+++
+++
+++
+
+
6
++++
++++
++++
+++
+++
+++
+++
++
+++
9
++++
++++
++++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
12
++++
++++
++++
+++
++++
+++
+++
+++
++
kiri
3
++++
++++
++++
+++
+++
+++
+++
+
+
6
++++
++++
++++
+++
+++
+++
+++
++
+++
9
++++
++++
++++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
12
++++
++++
++++
+++
++++
+++
+++
+++
++
6
kanan
3
++
++
++
+++
+++
+++
++
++
++
6
+++
+++
+++
+++
+++
+++
++
++
++
9
+++
+++
+++
++
++
++
++
++
++
12
+++
+++
+++
+++
+++
+++
++
++
++
kiri
3
++
++
++
++
++
++
++
++
++
6
+++
+++
+++
++
++
++
++
++
++
9
+++
+++
+++
++
++
++
++
++
++
12
+++
+++
+++
+++
+++
+++
++
++
++
7
kanan
3
++
+
+
++
-
-
++++
+++
+++
6
-
-
-
+++
+++
+++
+++
+++
+++
9
++
++
++
+++
+++
+++
+++
+++
+++
12
+++
++++
++
+++
+++
+++
+++
+++
++
kiri
3
++
-
-
-
-
++
++
++
++
6
-
-
-
++
++
++
+++
++
+++
9
+++
+++
+++
++
++
+++
++
+++
+++
12
+++
+++
+++
++++
+++
++++
++
++
++



PEMBAHASAN
Sistem saraf pada vertebrata terbagi 2 bagian, yaitu saraf pusat (systema nervosum centrale) dan saraf tepi (systema nervosum periphericum). Sistem saraf terdiri atas susunan saraf pusat, yang mencakup otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf perifer atau susunan saraf tepi terdiri atas urat-urat saraf yang berasal dari otak dan sumsum tulang belakang, serta sistem saraf otonom. [1]
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling  sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor, interneuron, dan  neuron motor, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu. Gerak  refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel saraf yaitu neuron  sensor dan neuron motor. Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang  biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung). Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor ke saraf sensori dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan yang dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Sedangkan gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan,  tanpa memerlukan kontrol dari otak. Gerak refleks yang paling sederhana memerlukan dua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan kemauan. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa  diolah didalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar, jalan pintas ini disebut lengkung reflek. [2]
Mekanisme gerak reflek pada katak ini merupakan respon organ efektor atau kelenjar yang bersifat spontan atau otomatis. Mekanisme reflek penarikan disebut juga respon, untuk melaksanakan hal tersebut terjadi reaksi-reaksi sebagai berikut, jalannya impuls saraf, berawal dari rangsangan yang mengenai reseptor lalu menimbulkan impuls aferen yang menjulur menuju kedalam sumsum tulang belakang (tempat neuron bersinapsis dengan interneuron). Sumsum tulang belakang tidak hanya berfungsi dalam menyalurkan impuls dari dan ke otak tetapi juga berperan penting dalam memadukan gerak reflek. Interneuron meneruskan ke sumsum tulang belakang dan membawa impuls itu kembali melalui saraf spinal ke sekelompok otot-otot pada katak untuk berkontraksi. Bila otot tungkai depan yang diberi stimulus maka neuron sensoris juga akan berkomunikasi dengan interneuron di sumsum tulang belakang. Interneuron ini akan menghambat neuron motorik yang mengarah ke otot hamstring atau otot bagian belakang tungkai, begitupun sebaliknya. [3]
Sebuah refleks melindungi tubuh dengan menyediakan, respon paksa yang cepat terhadap rangsangan.tertentu Misalnya, jika anda secara tidak sengaja meletakkan tangan anda pada burner panas, tangan anda mulai brengsek kembali sebelum otak anda memproses rasa sakit akibat panas tersebut. Demikian pula, refleks spontan melindungi anda ketika anda mengambil sebuah benda yang berat. Jika kaki anda tertekuk,  ketegangan yang ada di lutut memicu kontraksi otot paha (quadriceps), membantu anda tetap berdiri tegak dan mendukung tubuh menahan beban. Selama pemeriksaan fisik, dokter dapat memicu refleks spontan dengan palu segitiga untuk membantu menilai fungsi sistem saraf. [4]
Sumsum tulang belakang memiliki dua fungsi penting untuk mengatur impuls ke dan dari otak serta sebagai pusat refleks, dengan menghubungkan sumsum tulang belakang dan tengkorak menghubungkan masing-masing dan efektor reseptor dalam tubuh sampai ada tanggapan. Jika sumsum tulang belakang hancur maka tidak ada  menunjukkan respon efektor yang ditunjukkan untuk stimulus atau rangsangan. [5]
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerak refleks tubuh, dianatarnya menurut Rizal (2008) adalah ada tidaknya rangsangan atau stimlus. Rangsangan tersebut dapat berasal dari luar maupun dalam tubuh. Rangsangan dari luar, contohnya adalah derivate dari temperatur, kelembapan, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Sedangkan rangsangan dari dalam, yaitu dari makanan, oksigen, air, dan lainnya. [6]
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat seksio dan papan seksio, yang berfungsi untuk proses pengulitan kulit pada tungkai katak. Kaca pengaduk merupakan alat yang digunakan untuk mengoleskan asam cuka pada tubuh katak. Statif merupakan alat bantu untuk menggantung katak sehingga memudahkan pengamatan terhadarp gerak refleks. Benang merupakan alat bantu untuk menggantungkan tubuh katak pada statif. Serta adaptor dengan berbagai voltase merupakan alat yang digunakan untuk membuktikan pengaruh arus listrik terhadap gerak refleks tubuh. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu katak (Rana sp) merupakan sebagai hewan coba dalam pengamatan gerak refleks. Asam cuka pekat merupakan bahan yang digunakan untuk menguji pengaruh asam cuka terhadap gerak refleks tubuh. Serta larutan garam fisiologis digunakan untuk mencegah kondisi kering pada jaringan. Larutan garam ini merupakan larutan yang isotonis dengan jaringan tubuh.
Sebelum dilakukan pengamatan dilakukan penusukan terhadap kepala hewan uji, yaitu bertujuan untuk merusak sistem saraf pusat yaitu otak agar tidak dapat bekerja secara maksimal dan tidak dapat merespon perlakuan yang diberikan. Sedangkan dilakukannya pematahan terhadap tulang belakang dengan satu kali pematahan maupun dua kali pematahan, bertujuan untuk melihat refleks dari hewan uji tentang kecepatan yang ditimbulkan pada gerak reflek hewan tersebut, terjadi suatu perubahan kecepatan atau tidak, bahkan terjadi gerak reflek atau tidak.
Berdasarkan hasil pengamatan, pemberian perlakuan asam cuka dan arus listrik pada tubuh katak menghasilkan respons/gerakan terkejut pada tubuh katak. Gerakan terkejut tersebut merupakan gerakan refleks yang berasal dari hasil gerak yang tidak diolah terlebih dahulu di otak, melainkan langsung dibawa ke sumsum tulang belakang sebagai tempat ditemukannya sel penghubung (asosiasi) dan langsung dibawa menuju efektor, yaitu berupa otot yang menggerakkan tungkai bawah pada katak tersebut.
Pada pengamatan dengan pemberian asam cuka tanpa perlakuan di dapat di ketahui bahwasannya aktivitas reflek pada tubuh katak dapat bergerak dengan cepat, akan tetapi ada yang bergerak dengan lambat yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada perlakuan 1 yaitu mematahkan salah satu tulang belakang katak, maka reflek yang dihasilkan oleh tubuh katak ketika diberikan asam cuka mengalami penurunan menjadi lebih lambat bahkan ada pula yang menunjukkan tidak adanya gerakan. Sedangkan pada perlakuan 2 yaitu dengan mematahkan kedua tulang belakang, aktivitas gerak reflek yang di hasilkan oleh tubuh katak semakin mengalami penurunan, yaitu hanya terdapat gerakan yang sangat sedikit atau hampir tidak ada maupun sudah tidak ada gerakan sama sekali. Hal tersebut dapat terjadi karena perlakuan pematahan terhadap tulang belakang pada tubuh katak yang dapat menyebabkan katak mengalami penurunan refleksi pada tubuhnya, karena tulang belakang tersebut merupakan pusat pengatur gerakan refleks dan merupakan salah satu jalannya implus syaraf. Dimana rangsang dari reseptor akan menimbulkan implus eferen yang menjulur menuju kedalam sumsum tulang belakang (tempat neuron bersinapsis dengan interneuron), interneuron akan meneruskan ke sumsum tulang belakang dan akan membawa implus itu kembali melalui syaraf spinal ke sekelompok otot untuk berkontraksi. Sehingga dari data yang dihasilkan pada perlakuan pemberian asam cuka dengan cara mematahkan bagian tulang belakang pada tubuh katak hasil yang di dapat pada aktivitas refleks tubuh katak menurun dan hal tersebut dapat di buktikan pada data yang telah di peroleh yaitu hanya pada kelompok 1 dan 5 saja, yaitu terdapat gerakan namun sangat minim atau lambat.
Sedangkan pada perlakuan pemberian arus listrik hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada semua kelompok masih menunjukkan adanya gerakan refleks dari tubuh katak setelah diberikan perlakuan 1 maupun perlakuan 2. Hanya saja terdapat perbedaan kecepatan yang terjadi terhadap gerak refleks katak yang dipengaruhi oleh pemberian arus listrik, yaitu semakin tinggi arus listrik yang diberikan maka semakin cepat pula gerakan refleks yang ditimbulkan. Jadi pemberian arus listrik 12V menimbulkan gerak reflek yang lebih cepat daripada pemberian arus listrik 3V.
KESIMPULAN DAN SARAN
Gerak refleks merupakan gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling  sederhana. Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung disampaikan oleh neuron perantara. Serta gerak refleks ini terjadi karena pengaruh dari pusat gerak reflek yaitu sumsum tulang belakang. Akan tetapi jika terjadi kerusakan terhadap sumsum tulang belakang tersebut, maka gerak reflek tidak dapat terjadi atau tidak menimbulkan respon apa-apa.
Pada praktikum ini dirasa terlalu kejam dan menyakitkan bagi hewan coba, oleh karena itu untuk praktikum selanjutnya diharapkan ada suatu inovasi terbaru tentang pengamatan gerak reflek tubuh hewan tanpa menyakiti hewan yang terlalu menyakitkan seperti ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Isnaeni. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta:
Kaninus.
[2] Wulandari. 2013. Pembuatan Alat Ukur Kecepatan
Respon Manusia Berbasis Mikrokontroller at
89S8252.  Jurnal Neutrino.
[3] Ali,  A.H.  Amarta,  Rinidar,  Armansyah
T.,Rosmaidar,  Harris  A.,  dan  Darsul.
2016. Potensi  Ekstrak  Air  Daun  Sernai
(Wedelia biflora) Sebagai Antinyeri Pada
Mencit (Mus musculus).  Jurnal  Medika
Veterania. Vol.10(2):137-140.
[4] Wu, Ming. 2010. Reflex Responses to Combined
Hip and Knee Motion in Human Chronic
Spinal Cord Injury. Journal of
Rehabilitation Research & Development Vol
47 (2) pp. 117-132.
[5] Anderson, Kim. D. 2004. Targeting Recovery : Priorities of The Spinal Cord-Injured Population.  Journal of Neurotrauma Vol 21. Pp. 1371-1383.
[6] Rizal. 2008. Sistem Peredaran Darah Pada Ikan. Makassar: Universitas Hasanuddin.




















1 komentar:

  1. Your Affiliate Money Printing Machine is waiting -

    And making profit with it is as easy as 1 . 2 . 3!

    Follow the steps below to make money...

    STEP 1. Input into the system what affiliate products you want to promote
    STEP 2. Add some PUSH BUTTON TRAFFIC (it takes JUST 2 minutes)
    STEP 3. See how the system explode your list and sell your affiliate products all by itself!

    Are you ready to start making money??

    Check it out here

    BalasHapus