Selasa, 13 Desember 2016

Pengaruh Konsentrasi CO2 Dalam Proses Fotosintesis






LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
Percobaan Fotosintesis
“Pengaruh Konsentrasi CO2 Dalam Proses Fotosintesis”














Oleh :
                                    Nama                          : Siti Rosida
                                    NIM                            : 140210103019
                                    Kelas/Kelompok         : A/1











PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
      I.          Judul
Percobaan Fotosintesis (Pengaruh Konsentrasi CO2 Dalam Proses Fotosintesis)
    II.          Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi karbondioksida dalam proses fotosintesis.
  III.          Dasar Teori
Fotosintesis terjadi pada semua bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau karena memiliki kloroplas, akan tetapi tempat utama berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Pigmen warna hijau yang terdapat pada kloroplas disebut dengan klorofil dan dari zat inilah warna daun berasal. Klorofil menyerap energi cahaya yang menggerakkan sintesis molekul makanan dalam kloroplas untuk menghasilkan energi (Campbell, 2010).
Proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2 dan H2O) pada tumbuhan berpigmen dengan bantuan cahaya disebut fotosintesis, dengan persamaan reaksi:
                           cahaya
6CO2 + 6H2O                                      C6H12O6 + 6O2
                                    klorofil
Berdasarkan persamaan tersebut, CO2 dan H2O merupakan substrat dalam reaksi fotosintesis dan dengan bantuan cahaya serta klorofil akan menghasilkan karbohidrat dan melepaskan oksigen (Ai, 2012).
Dalam proses fotosintesis CO2 + H2O + Energi à O2 + Gula, dan sebaliknya di dalam proses respirasi dimana gula + CO2 à CO2 + H2O + Energi. Oleh karena itu, CO2 memegang peranan penting dalam proses fotosintesis. Selain itu, ketika tanaman mati akan terjadi proses pembusukan yang menghasilkan CO2. Dengan demikian, siklus karbon akan selalu membawa keseimbangan antara CO2 yang dibutuhkan oleh organisme hidup dan CO2 yang dilepaskan dari proses respirasi (Zulkifli, 2014).
Organ utama tumbuhan tempat berlangsungnya proses fotosintesis adalah daun. Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas, dimana fotosintesis berlangsung tepatnya pada bagian stroma. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di daun. Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu reaksi terang  karena memerlukan cahaya  dan reaksi gelap tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida. Terdapat perbedaan morfologi daun yang berhubungan dengan proses fotosintesis: ketebalan daun, kloroplas, anatomi daun, dan enzim siklus Calvin. Perubahan ini di respon tumbuhan dengan laju fotosintesis turun, berfotosintesis dengan laju tinggi walaupun dengan cahaya rendah, titik kompensasi cahayanya sangat rendah sehingga pertumbuhannya sangat lambat (Salisbury dan Rose, 1995).
Daun biasanya memiliki area permukaan yang luas dan rasio permukaan terhadap volume yang tinggi. Area permukaan yang luas berfungsi untuk meningkatkan absorpsi cahaya saat fotosintesis. Rasio permukaan terhadap volume yang tinggi membantu absorpsi CO2 selama proses fotosintesis serta pelepasan O2 sebagai produk sampingan fotosintesis. Sewaktu berdifusi melalui stomata, CO2 memasuki  rongga-rongga udara yang terbentuk oleh sel-sel mesofil berongga. Karena bentuk sel-sel ini tidak teratur maka permukaan internal daun mungkin 10 hingga 30 kali lebih besar daripada area pemukaan internal mesofil. Adapun morfologi daun yang mempengaruhi laju fotosintesis terjadi dengan 4 cara yaitu intersepsi cahaya, pengaturan temperatur, keseimbangan air dan difusi CO2 (Sopandie, 2001).
Faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis, yaitu:
1.     Konsentrasi karbondioksida
Konsentrasi karbondioksida yang rendah akan mempengaruhi laju fotosintesis hingga kecepatanya sebanding dengan konsentrasi karbondioksida. Namun bila konsentrasi karbondioksida tersebut naik, maka laju fotosintesis mencapai maksimum kira-kira pada konsentrasi 1%, dan ketika berada pada persentase ini maka laju fotosintesis akan konstan pada kisaran lebar dari karbondioksida.
2.     Intensitas cahaya
Ketika intensitas cahaya rendah, maka akan menyebabkan perputaran gas pada proses fotosintesis lebih kecil daripada proses respirasi. Pada keadaan ini titik kompensasi yaitu konsentrasi karbondioksida yang diambil untuk fotosintesis dan dikeluarkan untuk respirasi seimbang, maka meningkatnya intensitas cahaya menyebabkan kenaikan sebanding dengan laju fotosintesis. Pada intensitas cahaya sedang peningkatan laju fotosintesis menurun, sedangkan pada intensitas cahaya tinggi laju fotosintesis cenderung konstan.
3.     Suhu
Laju fotosintesis pada tumbuhan tropis meningkat dari suhu minimum 5°C sampai 35°C, di atas kisaran tersebut laju fotosintesis akan menurun. Suhu di atas 35°C akan menyebabkan kerusakan sementara atau permanen protoplasma yang mengkibatkan menurunnya kecepatan fotosintesis, semakin tinggi suhu maka semakin cepat penurunan laju fotosintesis (Handoko, 2013).
  IV.          Metode Pengamatan
4.1  Alat dan Bahan
4.1.1   Alat
a.      Beaker glass
b.     Timbangan
c.      Pengaduk
d.     Pelubang kertas atau sedotan plastik
e.      Syringe
f.      Labu ukur
4.1.2   Bahan
a.      Daun bougenville
b.     Soda kue
c.      Aquades
d.     Cairan pencuci piring
4.2  Prosedur Kerja






 












































    V.          Hasil Pengamatan
Perlakuan
Kelompok
Jumlah piringan yang naik ke permukaan
Waktu
1
1
8 piringan
30 menit
6
10 piringan
6 menit 38 detik
2
2
10 piringan
8 menit
5
10 piringan
14 menit 15 detik
3
3
10 piringan
14 menit 14 detik
4
10 piringan
13 menit 11 detik

  VI.          Pembahasan
Praktikum ini dilakukan dengan cara, mengisi 3 buah beaker glass masing-masing dengan 300 ml air, lalu menambahkan 1 tetes cairan pembersih piring. Mengaduk hingga tercampur rata, tetapi jangan sampai membentuk busa. Kemudian menimbang soda kue dengan berat 1 gram, 2 gram dan 3 gram. Memasukkan ke dalam beaker glass, dan mengaduk hingga larut. Memberi tanda untuk masing-masing konsentrasi. Selanjutnya membuat 30 piringan daun dengan menggunakan pelubang kertas atau sedotan plastik, menghindari bagian tulang daun. Memilih piringan yang mempunyai pinggiran rata dan tidak rusak. Memisahkan syringe dari piston, memasukkan piringan daun ke dalam silinder syringe, memasukkan lagi piston dan menekan hati-hati hingga hanya menyisakan sedikit ruang (±10%) untuk daun dan udara. Satu syringe berisi 10 piringan daun. Memasukkan sedikit larutan soda kue ke dalam syringe, mengetuk-ngetuk perlahan. Menutup ujung syringe dengan ujung jari, menarik piston keluar untuk menciptakan ruang vakum. Menahan selama 10 detik sambil digoyang-goyang. Perlahan lepaskan ujung jari dan mengamati piringan daun yang tenggelam. Prosedur ini dapat diulangi jika belum mendapatkan hasil yang diinginkan. Memasukkan isi silinder syringe ke dalam gelas plastik, menambahkan larutan soda kue hingga ketinggian ±3 cm. Meletakkan dibawah nyala lampu atau dibawah sinar matahari langsung. Menghitung jumlah piringan daun yang naik ke permukaan setelah 30 menit penyinaran.
Pada pengamatan ini melakukan tiga jenis perlakuan, yaitu penambahan soda kue dengan perbandingan 1 gram, 2 gram, dan 3 gram. Pada kelompok 1 dan 6 menggunakan 1 gram soda kue, kelompok 2 dan 5 menggunakan 2 gram soda kue, serta kelompok 3 dan 4 menggunakan 3 gram soda kue. Pada kelompok 1 hasilnya menunjukkan bahwa 8 piringan yang naik ke permukaan membutuhkan waktu 30 menit, sedangkan pada kelompok 6 membutuhkan waktu 6 menit 38 detik untuk menaikkan 10 piringan ke permukaan. Pada kelompok 2 membutuhkan waktu 8 menit untuk menaikkan 10 piringan ke permukaan, sedangkan kelompok 5 membutuhkan waktu 14 menit 15 detik untuk menaikkan 10 piringan ke permukaan. Serta pada kelompok 3 membutuhkan waktu 14 menit 14 detik untuk menaikkan 10 piringan ke permukaan, sedangkan kelompok 4 membutuhkan waktu 13 menit 11 detik untuk menaikkan 10 piringan ke permukaan.
Soda kue merupakan soda yang bersifat basa. Soda kue ini akan mengeluarkan gelembung-gelembung udara jika ditambahkan dengan cairan yang bersifat asam. Pada tumbuhan, soda kue dapat mempercepat laju reaksi fotosintesis. Hasil dari reaksi soda kue dengan air (H2O) akan menghasilkan gas berupa CO2 yang merupakan faktor utama dari pembentukan reaksi fotosintesis. Jadi semakin banyak soda kue yang diberikan semakin banyak CO2 yang dihasilkan dan semakin cepat proses fotosintesis yang dilakukannya sehingga hasil dari fotosintesis yang berupa oksigen akan banyak yang dihasilkan. Sehingga semakin banyak konsentrasi soda kue yang digunakan maka semakin banyak dan cepat piringan daun yang naik dipermukaan.
Dari hasil pengamatan tersebut terdapat perbedaan waktu dalam kenaikan piringan ke permukaan, contohnya pada kelompok 1 dan 6, dan kelompok 2 dan 5. Perbedaan waktu tersebut terjadi karena beberapa faktor, diantaranya yaitu berat tumbuhan yang digunakan dalam berbeda, karena semakin berat suatu tumbuhan maka waktu yang diperlukan untuk menaikkan piringan semakin lambat sedangkan semakin ringan piringan maka waktu yang dibutuhkan semakin cepat. Perbedaan berat daun tersebut terjadi karena penggunaan daun yang berbeda antara daun yang muda atau tua, daun muda beratnya lebih ringan daripada daun yang sudah tua. Perbedaan itu juga dapat terjadi karena pengaruh intensitas cahaya yang masuk dalam beaker glass tidak sama, sehingga dapat memperlambat waktu yang dibutuhkan dalam menaikkan piringan ke permukaan larutan. Jadi pada praktikum ini terdapat suatu kesalahan yaitu pada kelompok 6 dan kelompok 2, karena waktu yang diperlukan untuk menaikkan daun ke permukaan lebih cepat daripada kelompok 3 atau 4. Padahal seharusnya waktu yang paling cepat untuk menaikkan daun ke permukaan adalah kelompok 3 atau 4, karena pada kelompok tersebut menggunakan konsentrasi soda kue paling banyak yaitu 3 gram, sedangkan kelompok 6 hanya 1 gram dan kelompok 2 hanya 2 gram.
Adapun fungsi dari pemberian sunlight adalah untuk merusak lapisan kutikula pada permukaan daun. Sedangkan fungsi dari pemberian soda kue dengan konsentrasi berbeda adalah soda kue digunakan sebagai pengganti CO2 yang akan berpengaruh terhadap proses fotosintesis. Konsentrasi soda kue yang berbeda menandakan pengaruh konsentrasi CO2 dalam proses fotosintesis. Sedangkan fungsi pemberian ruang vakum pada piston adalah untuk menghilangkan oksigen yang terkandung dalam daun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis ada dua macam yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi:
a.      Berat tumbuhan. Semakin berat suatu tumbuhan maka CO2 yang dihasilkan akan semakin sedikit sehingga akibatnya piringan daun tidak cepat naik ke permukaan sedangkan jika berat tumbuhan yang dipakai ringan maka CO2 yang dihasilkan juga akan semakin banyak sehingga laju fotosintesis akan cepat terjadi,
b.     Kandungan klorofil. Semakin banyak kandungan klorofil di dalam kloroplas maka menyebabkan semakin tinggi kecepatan pembentukan oksigen dan penyerapan CO2. Hal ini dapat mempercepat laju fotosintesis apabila klorofil daun tersedia dengan jumlah banyak. Jika kadar klorofil berkurang, maka daun akan menguning. Hal ini akan menurunkan laju fotosintesis,
c.      Penimbunan hasil fotosintesis (fotosintat). Dimana semakin tinggi penimbunan hasil fotosintesis, proses fotosintesis akan semakin rendah atau berkurang karena suplai energi sel telah terpenuhi, dengan rendahnya proses fotosintesis menyebabkan penyerapan CO2 akan berkurang, oksigen dan gula yang terbentuk juga sedikit. Penimbunan hasil fotosintesis pada sel yang mengandung klorofil menghalangi pengikatan energi cahaya,
d.     Umur daun. Apabila daun yang digunakan memiliki umur yang masih muda maka beratnya akan ringan dan dapat mempercepat penyerapan CO2 dan laju fotosintesis juga akan cepat namun sebaliknya jika daun yang dipakai lebih tua maka akan menghambat laju fotosintesis dikarenakan daun tua mengalami perombakan klorofil dan terjadi penurunan fungsi kloroplas,
e.      Luas permukaan daun, besar kecilnya daun, serta tebal tipisnya daun. Ketiga faktor ini secara bersamaan akan berpengaruh terhadap laju fotosintesis dimana semakin luas permukaan daun maka penyerapan CO2  juga semakin banyak dan laju fotosintesis akan cepat. Sedangkan besar kecilnya daun dan tebal tipisnya daun maka semakin besar daun dan tipis maka laju fotosintesis akan semakin.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi laju fotosintesis, yaitu:
a.       Intensitas cahaya matahari. Semakin tinggi intensitas cahaya maka semakin tinggi pula penyerapan CO2 di udara untuk berlangsungnya proses fotosintesis. Cahaya pengaruhnya lewat intensitas, panjang gelombang, kualitas lama penyinaran, dan besarnya pantulan. Secara tidak langsung mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata sehingga mempengaruhi difusi CO2 untuk fotosintesis,
b.       Konsentrasi CO2. Dimana semakin tinggi konsentrasi CO2 maka semakin tinggi pula proses fotosintesis, namun perlu diketahui juga bahwa kadar CO2 tidak boleh diberikan dalam jumlah yang sangat besar, hal ini dikarenakan akan menyebabkan kecepatan fotosintesis berkurang karena kadar CO2 yang tinggi juga akan menurunkan pH cairan sel sehingga stomata bisa menutup dan laju fotosintesis menjadi lambat,
c.       Kadar O2 di udara. Oksigen merupakan hasil tambahan fotosintesis dan berada dalam jumlah yang banyak akan menghambat fotosintesis terutama lewat proses fotorespirasi,
d.       Suhu atau temperatur. Semakin tinggi suhu akan mempercepat fotosintesis, sedangkan semakin rendah suhu bisa memperlambat fotosintesis. Enzim-enzim yang bekerja dalam fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumya laju fotosintesis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim,
e.       Kelembapan udara. Jika kelembapan udara di sekitar tanaman tinggi justru terjadi perlambatan laju transpirasi dan fotosintesis sedangkan semakin rendah kelembapan akan mendukung laju fotosintesis untuk bergerak cepat,
f.        Kecepatan Angin. Mempunyai peran ganda yang cenderung bertentangan dengan laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin akan menurunkan kelembapan udara diatas stomata sehingga laju fotosintesis berlangsung cepat. Namun, jika angin menyapu daun akan berpengaruh pada suhu daun, suhu daun akan menurun dan laju fotosintesis menjadi lambat,
g.       Kandungan air tanah. Jika kandungan air tanah banyak maka potensial air tanah akan lebih tinggi dibandingkan sel-sel xilem sehingga laju transpirasi maupun fotosintesis juga berlangsung cepat. Sebaliknya, kekurangan air akan berakibat stomata menutup dan menghambat penyerapan CO2 sehingga mengurangi laju fotosintesis (Lakitan, 2004).
VII.          Kesimpulan
Penggunaan soda kue sebagai pengganti karbondioksida (CO2) dapat mempercepat laju reaksi fotosintesis. Karena dari hasil reaksi soda kue dengan air (H2O) akan menghasilkan gas berupa CO2 yang merupakan faktor utama dari pembentukan reaksi fotosintesis. Jadi, semakin banyak konsentrasi soda kue yang diberikan maka semakin banyak pula CO2 yang dihasilkan, serta semakin cepat proses fotosintesis yang terjadi.
VIII.          Saran
Pada praktikum ini terjadi kesalahan hasil pada beberapa kelompok yang disebabkan oleh beberapa faktor. Namun kesalahan tersebut juga dapat terjadi akibat kesalahan dari praktikan. Oleh karena itu, bagi praktikan diharapkan lebih teliti saat melakukan percobaan agar dapat meminimalisir terjadinya kesalahan maupun kegagalan praktikum.





























DAFTAR PUSTAKA
Ai, Nio Song. 2012. Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains.
Vol.12, No.1.
Campbell, Neil A, dkk. 2010. Biologi Edisi kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Handoko, Pabib. 2013. Pengaruh Spektrum Cahaya Tampak Terhadap Laju
Fotosintesis Tanaman Air Hydrilla verticillata.Jurnal FKIP Kediri.2013.
Lakitan, Benyamin. 2004. Dasar- Dasar Fisiologi Tanaman. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Salisbury, F.B. & C.W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan Jilid 3. Bandung: ITB.
Sopandie, Didy. 2001. Fisiologi Adaptasi Tanaman. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Zulkifli, Hilda. 2014. Kerusakan Struktur, Morfologi dan Biokimia Tanaman       Sebagai Bioindikator Penurunan Kualitas Udara. Jurnal Majalah Ilmiah
Sriwijaya. Vol. 18, No. 11. ISSN : 0126-4680. Universitas Sriwijaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar