Selasa, 13 Desember 2016

PERBEDAAN PENGGUNAAN OKSIGEN (O2) DALAM PROSES RESPIRASI BEBERAPA JENIS HEWAN (CACING TANAH (Gryllus assimilis), CICAK (Hemidactylus platyurus), BELALANG (Valanga sp), DAN JANGKRIK (Lumbricus terrestis))



PERBEDAAN PENGGUNAAN OKSIGEN (O2) DALAM PROSES RESPIRASI BEBERAPA JENIS HEWAN (CACING TANAH (Gryllus assimilis), CICAK (Hemidactylus platyurus), BELALANG (Valanga sp), DAN JANGKRIK (Lumbricus terrestis))
DIFFERENCES IN THE USE OF OXYGEN (O2) IN SOME KIND OF ANIMAL respiration (WORM SOIL (Gryllus assimilis), gecko (Hemidactylus platyurus), GRASSHOPPER (Valanga sp), AND CRICKET (Lumbricus terrestis))
Siti Rosida, 140210103019, Fisiologi Hewan Kelas A
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember
Abstrak
Respirasi merupakan proses pertukaran gas oksigen (O2) dengan karbondioksida (CO2) yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Respirasi ini bertujuan untuk menghasilkan energi yang diperlukan bagi tubuh untuk melakukan proses metabolisme tubuh. Penelitian ini membuktikan bahwa dalam proses respirasi membutuhkan oksigen dan laju respirasi pada masing-masing hewan berbeda-beda. Kebutuhan oksigen pada berbagai jenis hewan yang meliputi cacing tanah (Gryllus assimilis), cicak (Hemidactylus platyurus), belalang (Valanga sp), dan jangkrik (Lumbricus terrestis) berbeda-beda, hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil pengamatan yang diperoleh. Perbedaan kebutuhan oksigen tersebut juga berpengaruh terhadap laju respirasi pada masing-masing hewan. Selain itu juga terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi respirasi yaitu, berat hewan, umur, kegiatan tubuh, posisi tubuh dan jenis kelamin.
Kata kunci: karbondioksida, laju, oksigen, respirasi
Abstract
Respiration is the process of exchange of oxygen gas (O2) and carbon dioxide (CO2), which occurs in the living body. Respiration is intended to produce the energy required for the body to metabolize body. This research proves that in the process of respiration requires oxygen and respiration rate of each animal is different. Oxygen requirement in many types of animals that includes earthworms (Gryllus assimilis), gecko (Hemidactylus platyurus), grasshoppers (Valanga sp), and crickets (Lumbricus terrestis) is different, it can be proved from observations obtained. Differences in the oxygen requirement also affects the respiration rate of each animal. In addition, there are factors that can affect the respiratory ie, the weight of the animal, age, body activity, body position and gender.
Keywords: carbon dioxide, rate, oxygen, respiration


PENDAHULUAN
Setiap makhluk hidup melakukan proses respirasi yang membutuhkan oksigen (O2). Setiap hewan mampu bertahan hidup beberapa minggu tanpa makan atau beberapa hari tanpa minum, akan tetapi hewan hanya mampu bertahan hidup beberapa menit tanpa oksigen, karena oksigen merupakan kebutuhan yang paling penting dalam tubuh makhluk hidup. Oleh karena itu, tujuan pertama praktikum ini dilakukan yaitu untuk membuktikan bahwa respirasi membutuhkan oksigen (O2). Selain itu, kecepatan penggunaan oksigen dalam proses respirasi pada masing-masing hewan berbeda. Oleh karena itu, tujuan kedua praktikum ini dilakukan untuk menghitung kecepatan penggunaan oksigen (O2) dalam proses respirasi beberapa jenis hewan.
METODE PENELITIAN
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember pada tanggal 28 Oktober 2016. Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu respirometer, beaker glass, pipet, pencatat waktu, dan timbangan analitik. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu cacing tanah (Gryllus assimilis), cicak (Hemidactylus platyurus), belalang (Valanga sp), jangkrik (Lumbricus terrestis), KOH/NaOH kristal, vaselin, kapas, dan eosin.
Praktikum ini dilakukan dalam beberapa prosedur, yaitu menyediakan alat respirometer dan menimbang hewan yang digunakan untuk uji coba. Lalu memasukkan hewan percobaan ke dalam tabung respirometer dan memasukkan pula KOH dan NaOH kristal yang telah dibungkus dengan kapas. Kemudian menutup tabung dengan pipet kapiler yang terdapat pada respirometer dan meletakkan alat respirometer tersebut pada posisi horizontal. Selanjutnya memasukkan eosin ke dalam ujung pipa kapiler dengan menggunakan pipet sebanyak satu tetes. Kemudian mengamati dan mengukur gerakan eosin tiap satu menit dalam selang waktu 30 menit. Serta menghitung kecepatan penggunaan oksigen tiap menit pada masing-masing hewan coba.

HASIL PENELITIAN
Kelompok
Berat
Hewan
Interval Kec. Penggunaan Oksigen (tiap menit)
Rata-rata
Laju respirasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1
0,1 gr
Belalang
0,22
0,18
0,13
0,08
0,08
0,04
0,06























0,11
0,11/ 60 s
2
35 gr
Cacing
0,06
0,12
0,12
0,11
0,06
0,05
0,05
0,05
0,03
0,02
0,03
0,02
0,01
0
0,02
0,01
0,01
0,01
0,02
0,03
0,02
0,02
0
0,03
0,01





0,04
0,04/ 60 s
3
1,5 gr
Cicak
0,1
0,1
0,08
0,07
0,05
0,07
0,07
0,02
0,01
0,03
0,02
0,04
0,05
0,03
0,02
0,03
0,02
0,01
0
0,03
0
0
0,13
0,03
0,05
0,05




0,04
0,04/ 60 s
4
1,5 gr
Cacing
0,08
0,06
0,06
0,05
0,05
0,04
0,02
0,05
0,04
0,02
0,04
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,01
0,03
0,01
0,02
0,03
0,01
0,01
0,02
0,01
0,02
0,04



0,03
0,03/ 60 s
5
0,25 gr
Belalang
0,13
0,08
0,07
0,06
0,05
0,03
0,02
0,02
0,01
0,02
0,2
0,02
0
0,02
0,01
0
0,005
0
0
0
0
0
0,015
0,01
0,01
0,01
0,02
0,05
0,015
0
0,03
0,03/ 60 s
6
0,5 gr
Jangkrik
0,12
0,1
0,1
0,08
0,1
0,07
0,08























0,09
0,09/ 60 s
7
3,5 gr
Cicak
0,28
0,18
0,16
0,12
0,06

























0,16
0,16/ 60 s

PEMBAHASAN
Proses pengambilan oksigen dan pembebasan karbondioksida dikenal sebagai respirasi (pernafasan). Istilah pernafasan berlaku untuk hewan secara keseluruhan maupun proses yang terjadi di dalam sel. Hewan mengambil oksigen dari medium dimana dia hidup dan memberikan karbondioksida  ke medium tersebut (Soewolo, 2000). [1]
Oksigen diperlukan untuk oksidasi zat makanan. Dari proses oksidasi ini akan dihasilkan energi untuk berbagai keperluan tubuh. Hasil samping dari proses oksidasi adalah gas karbondioksida (CO2) yang selanjutnya akan dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian antara tubuh dengan lingkungan sekitarnya berlangsung suatu proses pertukaran gas O2 dan CO2. Ada beberapa fungsi  pernafasan, fungsi berlaku pada seluruh mahluk hidup yang bertulang belakang. Urutan dua teratas merupakan fungsi utama, selanjutnya merupakan sekunder dari sistem pernafasan yaitu, menyediakan oksigen untuk darah, mengambil karbon dioksida dari dalam darah, membantu dalam mengatur keseimbangan dan regulasi keasaman cairan ekstraseluler dalam tubuh, membantu pengendalian suhu elliminasi air, fonasi (pembentukan suara) (Yulia, 2013). [2]
Anggota Familia Gekkonidae merupakan kelompok hewan melata yang lebih dikenal sebagai cicak dan tokek. Seperti halnya kadal pada umumnya, anggota Familia Gekkonidae memiliki dua pasang tungkai, tympanum, dan tulang dada. Hewan ini dapat dijumpai di berbagai habitat yang berbeda dari daerah hutan hingga ke perumahan. Beberapa jenis yang diketahui mampu beradaptasi di lingkungan perumahan adalah Gekko gecko, Hemidactylus frenatus, H. garnoti, Cosymbotus platyurus dan Gehyra mutilata (Eprilurahman, 2012). [3]
Cacing tanah sangat dikenal di masyarakat, terutama masyarakat pedesaan yang hampir setiap hari menemukan di kebun, tegalan atau sawah. Pada tempat-tempat tersebut cacing tanah menempati bagian permukaan tanah hingga jauh ke dalam tanah supaya terlindung dari sengatan matahari (Darmi dkk, 2012). [4]
Corong hawa (trakea) adalah alat pernafasan yang dimiliki oleh serangga dan anthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat (Yudiarti et all, 2004).
Salah satu proses fisiologi tubuh serangga menggunakan proses respirasi untuk mendapatkan suplai energi dengan mengambil oksigen dari udara luar. Oksigen akan ditransfer menuju sel dan digunakan untuk respirasi oksidatif yang berperan dalam proses serapan energi. Adanya peristiwa resistensi terhadap insektisida diduga akan berkaitan dengan proses serapan energi dari respirasi (Jannatan et all, 2013).
Pada praktikum ini menggunakan hewan coba yaitu cacing tanah (Gryllus assimilis), cicak (Hemidactylus platyurus), belalang (Valanga sp), jangkrik (Lumbricus terrestis), yang berfungsi sebagai hewan coba untuk menghitung laju respirasi. Selain itu menggunakan KOH/NaOH kristal berfungsi sebagai pengikat CO2 dalam proses respirasi yang berlangsung agar di dalam tabung respirometer tidak terkumpul gas karbondioksida dari hasil proses respirasi hewan uji, karena jika di dalam tabung respirometer terkumpul gas karbondioksida maka hewan uji akan mati. Penggunaan eosin pada praktikum kali ini adalah sebagai indikator kadar oksigen atau laju oksigen di dalam pipa respirometer, sehingga pengukuran laju respirasi pada hewan coba dapat dilihat dari pergerakan eosin tersebut. Selanjutnya fungsi vaselin atau plastisin yaitu untuk menghindari adanya kebocoran pada alat respirometer sehingga hewan uji hanya dapat menghirup oksigen dari pipa yang diberi eosin pada alat respirometer tersebut.
Kecepatan penggunaan oksigen pada masing-masing hewan coba berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu berat hewan yang digunakan berbeda, jenis hewan yang digunakan berbeda, dan alat respirasi pada hewan coba tersebut juga berbeda. Oleh karena itu terdapat perbedaan laju respirasi pada masing-masing hewan. Pada kelompok 1 menggunakan hewan coba belalang dengan berat 0.1 gram, hasilnya menunjukkan proses respirasi hewan ini berlangsung selama 7 menit dengan rata-rata laju respirasi 0.11 per menit. Pada kelompok 2 menggunakan hewan coba cacing dengan berat 3.5 gram, hasilnya menunjukkan proses respirasi hewan ini berlangsung selama 25 menit dengan rata-rata laju respirasi 0.04 per menit. Pada kelompok 3 menggunakan hewan coba cicak dengan berat 1.5 gram, hasilnya menunjukkan proses respirasi hewan ini berlangsung selama 25 menit dengan rata-rata laju respirasi 0.04 per menit. Pada kelompok 4 menggunakan hewan coba cacing dengan berat 1.5 gram, hasilnya menunjukkan proses respirasi hewan ini berlangsung selama 26 menit dengan rata-rata laju respirasi 0.03 per menit. Pada kelompok 5 menggunakan hewan coba belalang dengan berat 0.25 gram, hasilnya menunjukkan proses respirasi hewan ini berlangsung selama 30 menit dengan rata-rata laju respirasi 0.03 per menit. Pada kelompok 6 menggunakan hewan coba jangkrik dengan berat 0.5 gram, hasilnya menunjukkan proses respirasi hewan ini berlangsung selama 7 menit dengan rata-rata laju respirasi 0.09 per menit. Serta pada kelompok 7 menggunakan hewan coba cicak dengan berat 3.5 gram, hasilnya menunjukkan proses respirasi hewan ini berlangsung selama 5 menit dengan rata-rata laju respirasi 0.16 per menit.
Dari hasil pengamatan yang didapatkan, laju respirasi yang paling cepat adalah cicak pada kelompok 7, karena cicak memiliki organ pernapasan yang paling sempurna yaitu paru-paru sehingga proses respirasi dapat berlangsung dengan cepat. Sedangkan pada kelompok yang lain hasilnya menunjukkan bahwa terjadi suatu kesalahan, seperti pada kelompok 5 yang menggunakan hewan uji belalang, hasilnya menunjukkan laju respirasi lebih lambat lambat daripada pada kelompok 1. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor yaitu terjadi kesalahan dari praktikan atau pada alat respirometer yang bocor. Karena jika alat respirometer bocor, maka hewan uji akan memperoleh iksigen dari luar tabung respirometer sehingga pergerakan eosin di dalam alat menjadi lambat.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi respirasi pada hewan yaitu pertama berat badan hewan, semakin berat tubuh hewan maka oksigen yang di butuhkan semakin banyak di karenakan proses metabolismenya ikut naik, sehingga laju respirasi semakin cepat. Kedua yaitu umur, semakin tua maka oksigen yang di gunakan oleh tubuh semakin sedikit di karenakan laju metabolisme tubuh tidak lagi secepat pada saat muda, oleh karena itu laju respirasi semakin lambat. Ketiga yaitu kegiatan tubuh atau aktivitas tubuh, dimana semakin banyak kegiatan yang di lakukan maka respirasi akan meningkat. Keempat yaitu posisi tubuh, ketika berbeda posisi tubuh maka berbeda pula laju respirasi yang terjadi. Kelima yaitu jenis kelamin hewan, hewan jantan cenderung membutuhkan oksigen yang lebih banyak dari pada betina di karenakan aktifitas tubuhnya lebih banyak jika di bandingkan dengan betina.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
[2] Yulia, Ratna. 2013. Sistem Pernafasan Pada
Manusia. Jurnal Pendidikan. Vol 1.
[3] Eprilurahman, Rury. 2012. Cicak dan Tokek Di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Fauna
Indonesia. Vol. 11 No. 2 ISSN 0216-9169.
[4] Darmi, et all. 2012. Peran Populasi Cacing Tanah
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Kangkung (Ipomoea Reptans Poir)
Organik. Jurnal Ilmiah Konservasi Hayati.
Vol. 08 No. 02 ISSN 0216-9487.
[5] Yudiarti, et all. 2004. Buku Ajar Biologi. Semarang:
UNDIP Press.
[6] Jannatan, et all. 2013. Laju Respirasi Kecoak
Jerman (Blattella germanica, Dictyoptera;
Blattellidae) yang Resisten Terhadap
Insektisida. Jurnal Biologi Universitas Andalas
(J. Bio. UA.).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar