PERBEDAAN JUMLAH ERITROSIT DAN
LEUKOSIT HEWAN POIKILOTERMIK (Mabouya
multifasciata) DAN HOMOIOTERMIK (Mus
musculus)
Differences Number Of Erythrocytes And Leucocytes Animal Poikiloterm
(Mabouya multifasciata)
And Homoioterm (Mus musculus)
Siti
Rosida, 140210103019, Fisiologi Hewan Kelas A
Program
Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Jember
Abstrak
Darah
merupakan suatu cairan yang menyusun tubuh hewan tingkat tinggi yang terdiri
dari plasma darah, sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan
platelet. Sel darah merah merupakan sel darah yang paling banyak di dalam tubuh
yaitu setiap mikroliter darah mengandung 5-6 juta sel-sel darah merah.
Sedangkan sel darah putih berjumlah lebih sedikit daripada sel darah merah,
yaitu berkisar 11.000 /mm3. Sel darah merah (eritrosit) berfungsi
sebagai pengikat dan pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh,
sedangkan sel darah putih (leukosit) berfungsi sebagai sistem pertahanan terhadap
invasi benda asing (seperti bakteri dan virus). Jumlah eritrosit dan leukosit
pada hewan poikilotermik dan homoiotermik memiliki perbedaan, hal tersebut
dapat disebabkan oleh adanya beberapa faktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
jumlah eritrosit dan leukosit tersebut meliputi: umur, jenis kelamin, aktivitas
tubuh, dan ketinggian tempat/daerah yang ditempati (lingkungan).
Kata kunci: eritrosit, homoiotermik, leukosit,
poikilotermik
Abstract
Blood is a liquid that make up the body of higher animals consisting of blood plasma, red blood cells (erythrocytes), white blood cells (leucocytes), and platelets. Red blood cells are blood cells, the most widely in the body that is every 5-6 microliter of blood contains millions of red blood cells. While white blood cells numbered fewer than red blood cells, which ranged from 11.000 /mm3. Red blood cells (erythrocytes) serves as a binder and carries oxygen from the lungs throughout the body, while the white blood cells (leukocytes) to function as a defense system against invading foreign substances (such as bacteria and viruses). The number of erythrocytes and leukocytes in animals poikiloterm and homoioterm have differences, it can be caused by several factors. Factors that may affect the number of erythrocytes and leukocytes include: age, sex, body activity and altitude/occupied area (neighborhood).
Keywords: erythrocytes, homoioterm, leucocytes, poikiloterm
PENDAHULUAN
Darah merupakan suatu
cairan yang menyusun tubuh hewan tingkat tinggi dan manusia yang terdiri dari
plasma darah, sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan
platelet. Jumlah eritrosit dan leukosit pada hewan poikilotermik dan
homoiotermik memiliki perbedaan, hal
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor terutama faktor eksternal yaitu
lingkungan. Dengan adanya perbedaan jumlah tersebut, praktikum ini dilaksanakan
karena bertujuan untuk menghitung eritrosit dan leukosit hewan yang tergolong
poikilotermik dan homoiotermik.
METODE
PENELITIAN
Praktikum ini dilaksanakan di
laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Jember pada tanggal 18 November 2016. Alat yang digunakan yaitu mikroskop, kaca
benda, kaca penutup, pipet tetes, hemositometer dan kaca penutupnya, pipet sel
darah merah, pipet sel darah putih, dan seperangkat alat bedah. Sedangkan bahan
yang digunakan yaitu hewan coba poikilotermik kadal (Mabouya multifasciata) dan hewan coba homoiotermik mencit (Mus musculus), larutan hayem, dan
aquades. Praktikum ini dilakukan dengan cara, hewan coba dimasukkan pada
sungkup kaca, ether atau kloroform yang dipersiapkan pada kapas lalu dimasukkan
ke dalam sungkup kaca tersebut. Lalu kadal atau mencit disinglepit, kemudian
dibedah hingga tampak jantung dan pembuluh darah besar. Menusuk salah satu
pembuluh darah sehingga darah keluar. Kemudian menghisap darah yang keluar
dengan pipet darah merah atau pipet darah putih sampai tanda 0.5, setelah itu
segera memasukkan pipet tersebut kedalam larutan hayem atau larutan turk,
menghisap larutan tersebut sampai larutan dalam pipet mencapai angka 100.
Mengocok pipet selama kira-kira 3 menit, kemudian membuang beberapa tetes
larutan dari pipet dengan menempelkan ujungnya pada kertas hisap. Selanjutnya
menyentuh ujung pipet pada ruangan udara hemositometer dengan gelas penutupnya
(hemositometer sudah disiapkan dibawah mikroskop. Serta menghitung jumlah sel
darah merah dalam petak perhitungan sel darah merah (mengambil lima petak
perhitungan).
HASIL
PENEITIAN
Kel
|
Hewan
|
Eritrosit
|
Leukosit
|
1
|
Mencit
|
1,702 x 107
|
1,984 x 105
|
2
|
Kadal
|
2,72 x 106
|
5 x 103
|
3
|
Mencit
|
9 x 107
|
-
|
4
|
Kadal
|
2,56 x 107
|
1,872 x 105
|
5
|
Mencit
|
8,82 x 106
|
-
|
6
|
Kadal
|
5,02 x 106
|
3,1 x 103
|
7
|
Mencit
|
2,404 x 107
|
-
|
PEMBAHASAN
Darah terbentuk dari sel-sel yang
terdapat di
dalam cairan yang disebut plasma darah. Fungsi
darah diantaranya adalah menyerap dan membawa nutrien dari saluran pencernaan menuju ke jaringan, membawa oksigen (O2) dari paru-paru ke jaringan dan
karbondioksida (CO2) dari jaringan ke
paru-paru, membawa produk buangan metabolisme,
membawa hormon
yang dihasilkan oleh
kelenjar
endokrin dan mengatur kandungan
cairan
jaringan
tubuh (Ali,
2013). [1]
Eritrosit, sel-sel darah merah yang mana jumlahnya paling
banyak ditubuh organisme. Setiap mikroliter darah manusa mengandung 5-6 juta
sel-sel darah merah, dan ada sekitar 25 triliun sel-sel jenis ini di dalam 5 L
darah di tubuh. Fungsi utamanya adalah transpor oksigen dan strukturnya terkait
erat dengan fungsi tersebut. Eritroist pada manusia itu berbentuk cakram kecil
(berdiameter 7-8 mikrometer) yang bikonkf lebih tipis di bagian tengah daripada
dibagian tepi. Eritrosit pada mamalia dewasa tidak memiliki nukleus. Karakteristik
yang tak lazim ini menyisakan lebih banyak ruang dalam sel-sel yang mungil ini
untuk hemoglobin, protein mengandung besi dan mentranspor oksigen. Eritrosit
juga tidak dimiliki oleh mitokondria dan menghasilkan ATP secara eksklusif
melalui metabolisme anaerobik. Transpor oksigen akan kurang efisien jika
eritrosit-eritrosit bersifat aerobik dan mengonsumsi sebagian oksigen yang
dibawanya (Campbell, 2008). [2]
Proses pembentukan eritrosit diperlukan zat besi (Fe) dan
vitamin C. Zat besi (Fe) berperan dalam pembentukan dan pematangan eritrosit
yang dalam proses tersebut vitamin C berfungsi sebagai pemicu zat besi.
Sehingga zat besi (Fe) dan vitamin C saling berhubungan dalam pembentukan
eritrosit. Selain itu zat yang juga diperlukan dalam pembentukan eritrosit
adalah vitamin B12, asam folat dan rantai globin yang merupakan
senyawa protein yang berasal dari hemositoblas. Beberapa faktor yang juga dapat
menyebablan penurunan jumlah eritrosit, antara lain kurangnya bahan atau zat
yang dibutuhkan untuk produksi sel darah merah. Keadaan ini dapat disebabkan
oleh gangguan penyerapan atau nilai gizi yang berkurang pada pakan yang
diberikan sehingga akan berpengaruh terhadap organ-organ lain, terutama pada
organ yang berperan dalam sel darah (Linda, 2014). [3]
Peningkatan
jumlah Hemoglabin sejalan dengan peningkatan jumlah eritrosit. Karena
hemoglobin merupakan pigmen eritrosit yang terdiri dari protein kompleks
konyugasi yang mengandung besi, protein ini disebut dengan globin. Warna merah
hemoglobin disebabkan heme, yaitu senyawa metalik yang mengandung satu atom
besi. Hemoglobin adalah protein yang paling banyak terdapat dalam darah,
sekitar 10% dalam darah dan 90% dari berat kering eritrosit. Hemoglobin
berfungsi sebagao pigmen respirasi darah dan sebagai sistem buffer dalam darah
yang berikatan erat dengan kemampuan darah membawa oksigen. Hemoglobin
mempunyai daya gabung dengan oksigen membentuk oksihemoglobin di dalam sel
darah merah, melalui fungsi ini oksigen dibawa dari paru-paru ke
jaringan-jaringan tubuh. Produksi hemoglobin dipengaruhi oleh kadar besi (Fe)
dalam tubuh, karena besi merupakan komponen penting dalam pembentukan molekul
heme (Hendalia, 2014). [4]
Leukosit
merupakan unit sistem pertahanan tubuh yang bergerak. Leukosit atau sel darah
putih berukuran lebih besar daripada eritrosit, dengan diameter berkisar antara
9-15 mikromter. Fungsi pertahanan terhadap invasi benda asing (seperti bakteri
dan virus) dilakukan dalam dua cara: (1) dengan “menelan” dan mencerna benda
asing melalui fagositosis, dan (2) melalui respon imun (kebal) seperti produksi
antibodi. Tugas pertahanan leukosit juga termasuk merusak sel-sel kanker yang
muncul dalam tubuh. Beberapa leukosit juga berfungsi sebagai “pasukan”
pembersih yang memindahkan “kotoran” tubuh dengan memfagosit serpihan sel-sel
yang mati atau rusak. Untuk mengemban fungsinya, leukosit melakukan suatu
strategi “mengusik dan menyerang”, yaitu pergi ke tempat invasi atau jaringan
yang rusak. Sel darah putih berada dalam darah sehingga mereka dapat diangkut
dari tempatnya diproduksi atau tempat penyimpanan ke mana diperlukan. Terdapat
lima jenis leukosit yang bersikulai dalam darah, yaitu neutrofil, eusinofil,
basofil, monosit, dan limfosit, yang masing-masing memiliki struktur dan fungsi
sendiri-sendiri (Soewolo, 2000). [5]
Alat yang digunakan
pada kegaiatan ini, yaitu mikroskop, kaca benda, dan kaca penutup, sepasang
alat ini berfungsi untuk mengamati sel darah dengan cara melihat perbesaran
dari darah yang diamati akan memudahkan proses perhitungan sel darah baik
eritrosit maupun leukosit. Hemositometer berfungsi untuk menghitung jumlah sel
darah eritrosit dan leukosit karena didalamnya terdapat suatu skala. Pipet sel
darah merah digunakan untuk mengambil sel darah merah, sedangkan pipet sel
darah putih digunakan untuk mengambil sel darah putih. Serta seperangkat alat
bedah berfungsi untuk membedah hewan coba. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu
hewan poikilotermik kadal (Mabouya
multifasciata) dan hewan coba homoiotermik mencit (Mus musculus) berfungsi sebagai hewan coba dalam pengamatan ini,
larutan hayem berfungsi untuk menghancurkan sel darah putih (leukosit) karena apabila
sel darah dicampur dengan larutan hayem maka sel darah putih akan hancur,
sehingga hanya tersisa sel darah merah saja. Larutan turk berfungsi untuk
menghancurkan sel darah merah (eritrosit) karena apabila sel darah dicampur
dengan larutan turk maka sel darah merah akan hancur, sehingga hanya tersisa
sel darah putih saja. Sedangkan aquades berfungsi sebagai bahan pelarut.
Praktikum ini dilakukan
dengan cara, hewan coba dimasukkan pada sungkup kaca, ether atau kloroform yang
dipersiapkan pada kapas lalu dimasukkan ke dalam sungkup kaca tersebut. Lalu
kadal atau mencit disinglepit, kemudian dibedah hingga tampak jantung dan
pembuluh darah besar. Menusuk salah satu pembuluh darah sehingga darah keluar.
Kemudian menghisap darah yang keluar dengan pipet darah merah atau pipet darah
putih sampai tanda 0.5, setelah itu segera memasukkan pipet tersebut kedalam
larutan hayem atau larutan turk, menghisap larutan tersebut sampai larutan
dalam pipet mencapai angka 100. Mengocok pipet selama kira-kira 3 menit,
kemudian membuang beberapa tetes larutan dari pipet dengan menempelkan ujungnya
pada kertas hisap. Selanjutnya menyentuh ujung pipet pada ruangan udara
hemositometer dengan gelas penutupnya (hemositometer sudah disiapkan dibawah
mikroskop. Serta menghitung jumlah sel darah merah dalam petak perhitungan sel
darah merah (mengambil lima petak perhitungan).
Pengamatan ini
menggunakan dua jenis hewan coba yaitu kadal (Mabouya multifasciata) dan mencit (Mus musculus). Pada kelompok 1, 3, 5 dan 7 menggunakan hewan coba
mencit (Mus musculus). Pada kelompok
1 mendapatkan hasil jumlah eritrosit mencit yaitu 1.702 x 107 dan
jumlah leukositnya 1.984 x 105. Pada kelompok 3 mendapatkan hasil
jumlah eritrosit mencit yaitu 9 x 105 dan tidak mendapatkan hasil
jumlah leukosit dikarenakan larutan uji terlalu padat sehingga leukosit
terlihat menumpuk dan susah untuk dihitung. Pada kelompok 5 mendapatkan hasil
jumlah eritrosit mencit yaitu 8.82 x 106 dan tidak mendapatkan hasil
jumlah leukosit dikarenakan larutan uji terlalu padat sehingga leukosit
terlihat menumpuk dan susah untuk dihitung. Serta pada kelompok 7 mendapatkan
hasil jumlah eritrosit mencit yaitu 2.404 x 106 dan tidak
mendapatkan hasil jumlah leukosit dikarenakan larutan uji terlalu padat
sehingga leukosit terlihat menumpuk dan susah untuk dihitung. Sedangkan
kelompok 2, 4 dan 6 menggunakan hewan coba kadal (Mabouya multifasciata). Pada kelompok 2 mendapatkan hasil jumlah
eritrosit kadal yaitu 2.72 x 106 dan jumlah leukositnya 5 x 103.
Pada kelompok 4 mendapatkan hasil jumlah eritrosit kadal yaitu 2.56 x 107 dan
jumlah leukositnya 1.872 x 105. Serta pada kelompok 6 mendapatkan
hasil jumlah eritrosit kadal yaitu 5.02 x 106 dan jumlah leukositnya
3.1 x 103.
Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit, yaitu umur, jenis kelamin,
aktivitas tubuh, dan ketinggian tempat/daerah yang ditempati. Umur mempengaruhi
jumlah eritrosit karena terdapat perbedaan jumlah eritrosit pada usia muda dan
tua. Jenis kelamin berpengaruh karena pada wanita jumlahnya lebih sedikit yaitu
sekitar 4,5 juta/mm3, sedangkan pada laki-laki sekitar 5 juta/mm3,
hal ini disebabkan karena lelaki melakukan sistem metabolisme tubuhnya lebih
besar daripada wanita. Aktivitas tubuh berpengaruh karena semakin aktif tubuh
bergerak maka energi yang dibutuhkan semakin banyak sehingga oksigen yang
diperlukan juga semakin banyak untuk proses metabolisme yang mengakibatkan
meningkatnya jumlah eritrosit dan leukosit dan kadar hemoglobin. Ketinggian tempat/daerah
yang ditempatinya dapat berpengaruh karena pada umumnya hewan atau manusia yang
beradaptasi dengan lingkungan oksigen rendah (misalnya hidup di daerah dataran
tinggi) maka jumlah eritrosit dan leukositnya lebih banyak daripada yang
beradaptasi dengan lingkungan oksigen tinggi, karena setiap eritrosit
mengandung pigmen darah yang berfungsi untuk mengikat oksigen. Sebaliknya jika
berada pada lingkungan dataran rendah maka jumlah eritrosit dan leukositnya
lebih tinggi.
Apabila jumlah eritosit
terlalu tinggi maka akan berpengaruh terhadap jantung dan metabolisme tubuh.
Contoh terjadinya kelebihan eritrosit ini yaitu terjadinya polisitemia.
Polisitimea ini merupakan sebuah kondisi yang terjadi karena kandungan
eritrosit terlalu tinggi dalam tubuh yang ditandai dengan kondisi darah akan
menjadi sangat kental dan tidak bisa beredar ke semua bagian tubuh dengan baik.
Dengan terjadinya pengentalan pada darah ini akan menyebabkan Hb menjadi
rendah, tekanan darah tinggi, dan kolestrol tinggi. Sedangkan apabila jumlah
eritrosit rendah maka akan menyebabkan terjadinya suatu penyakit yang disebut
dengan anemia, anemia ini merupakan suatu kondisi eritrosit berada dibawah
batas normal. Anemia ini akan mengakibatkan transportasi sel darah merah akan
terganggu dan jaringan tubuh si penderita akan mengalami kekurangan oksigen,
sehingga juga akan berpengaruh terhadap proses metabolisme tubuh.
Apabila jumlah leukosit
didalam tubuh itu diatas normal maka akan menyebabkan penyakit leukimia (kanker
darah) karena produksi sel darah putih secara terus-menerus, sehingga ketika
jumlah sel darah putih lebih tinggi daripada jumlah sel darah merah maka akan
menyebabkan sel darah putih memakan sel darah merah, dan hal tersebut sangat
merugikan bagi tubuh. Sedangkan apabila jumlah leukosit didalam tubuh rendah,
maka akan menyebabkan terjadinya leukopenia, yaitu tubuh sangat rentan terhadap
berbagai macam infeksi, hal ini sesuai dengan peran leukosit yaitu sebagai
pertahanan tubuh terhadap benda-benda asing (seperti bakteri dan virus).
KESIMPULAN
DAN SARAN
Jumlah eritrosit dan
leukosit pada hewan poikilotermik dan homoiotermik memiliki perbedaan, hal
tersebut dapat disebabkan oleh adanya beberapa faktor. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit tersebut meliputi:
umur, jenis kelamin, aktivitas tubuh, dan ketinggian tempat/daerah yang
ditempati (lingkungan).
Dalam proses
pengamatan, beberapa kelompok mengalami kegagalan dalam memperoleh data jumlah
leukosit pada hewan coba. Hal tersebut dikarenakan larutan uji terlalu padat
sehingga leukosit terlihat menumpuk dan susah untuk dihitung. Jadi dapat
diketahui bahwa kegagalan tersebut terjadi karena kesalahan praktikan itu
sendiri yang membuat larutan darah terlalu padat. Oleh karena itu, untuk
praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih berhati-hati dalam
melaksanakan praktikum yang berguna untuk meminimalisir terjadinya kegagalan
seperti yang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ali, Achmad Shawaludin, et all. 2013. Jumlah
Eritrosit, Kadar Hemoglobin Dan Hematokrit
Pada Berbagai Jenis
Itik Lokal
Terhadap
Penambahan Probiotik Dalam Ransum.
Jurnal
Ilmiah Peternakan 1(3): 1001-1013, September
2013.
[2]
Campbell,
Neil A, et all. 2010. Biologi Edisi
kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
[3]
Linda., Ramadhan, A., Tureni, D. 2014. Pengaruh Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans) Terhadap Jumlah
Eritrosit dan Leukosit pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus). E-Jipbiol Vol. 3:
1-8, Juni 2014. ISSN: 2338-1795.
[4]
Hendalia, E., Manin F., Yatno., Rahayu, P., 2014. Dampak Pemberian Probiotik
Probio_FM Terhadap Status Kesehatan Ternak Itik Kelinci. Jurnal Ilmu Ternal, Juni 2014, Vol. 1, No. 2: 7-11.
[5]
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar