LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
TUMBUHAN
Difusi
dan Osmosis
(Permeabilitas
Membran Sel dan Plasmolisis)
Oleh :
Nama : Siti Rosida
NIM : 140210103019
Kelas/Kelompok : A/1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
I.
Judul
Difusi
dan Osmosis (Permeabilitas Membran Sel dan Plasmolisis)
II.
Tujuan
2.1 Mengamati
pengaruh perlakuan fisik (suhu) dan kimia (jenis pelarut) terhadap
permeabilitas membran sel
2.2 Untuk
mengetahui pengaruh larutan hipertonik dan larutan hipotonik pada sel tumbuhan
III.
Dasar
Teori
Sel
tumbuhan dilapisi oleh 2 lapisan, yaitu dinding sel dan membran sel. Dinding sel
berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel dan mencegah pengambilan air secara berlebihan.
Dinding sel jauh lebih tebal dari membran plasma, yaitu berkisar antara 0,1
sampai beberapa mikrometer. Pada dinding sel juga terdapat saluran-saluran yang
menghubungkan antara satu sel dengan sel lainnya yang disebut plasmodesmata (Campbell,
2010: 127-129).
Dinding
sel ada 2 macam, yaitu dinding sel primer dan dinding sel sekunder. Dinding sel
primer tipis, tebalnya antara 1-3 mikron (kira-kira setebal seluruh sel
bakteri). Dinding sel primer tersusun atas 9-25 % selulosa. Dinding sel primer
dapat bertambah luas hingga 20 kali lipat selama pertumbuhan, hal ini
disebabkan karena banyaknya bahan-bahan baru yang ditambahakan sehingga dinding
sel tidak semakin menipis. Sedangkan dinding sel sekunder lebih tebal dari
dinding sel primer, yaitu mencapai beberapa mikrometer. Dinding sel sekunder
terdiri dari 41-45% selulosa, 30% hemiselulosa, dan kadang 22-28% lignin
(Salisbury, 1991: 5-9).
Membran
plasma merupakan batas kehidupan yang memisahkan sel hidup dari sekelilingnya.
Lapisan ini tebalnya kira-kira hanya 8 nm, dibutuhkan lebih dari 8000 membran
plasma mengontrol lalu lintas ke dalam dan ke luar sel yang dikelilinginya.
Seperti semua membran biologis, membran plasma memiliki permeabilitas selektif
(selective permeability), yaitu memungkinkan beberapa substansi dapat
melintasinya dengan lebih mudah dari pada substansi yang lainnya (Campbell,
2010: 135).
Sifat membran yang memungkinkan adanya pergerakan untuk
menyebrangi permukaan membran disebut permeabilitas. Karena lingkungan internal
sel dijaga dengan hati–hati oleh membran sel yang permeabel, maka banyak zat
yang menyeberangi membran sesuai dengan gradien konsentrasinya. Suatu transport
dapat dikatakan pasif apabila pergerakan molekul menyebrangi membran sesuai
dengan gradien konsentrasi dan tanpa menggunakan energi. Sedangkan transpor
disebut aktif apabila alirannya melawan gradien konsentrasi sehingga memerlukan
energi (Fried, 2006: 44).
Seperti
sel hewan, sel tumbuhan juga melakukan transpor air dan nutrisi dari salah satu
bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Transpor tersebut di awali dengan
absorpsi sumber daya oleh sel tumbuhan. Salah satu transpor dalam tumbuhan
yaitu melakukan difusi. Difusi melintasi membran disebut transpor pasif karena
terjadi tanpa menggunakan energi metabolik. Difusi itu sendiri merupakan
perpindahan zat terlarut dari daerah yang konsentrasi zat terlarut tinggi ke
daerah yang konsentrasi zat terlarut rendah (Campbell, 2012: 348).
Osmosis
merupakan peristiwa berpindahnya air dalam sel dari keadaan yang hipotonis zat terlarut
menuju ke daerah yang hipertonis zat terlarut melalui membran semi permeable,
sehingga jika terlalu banyak air yang keluar dari sel maka akan terjadi
plasmolisis (Rahmasari, 2014).
Sel
tumbuhan yang kehilangan air dan tekanan turgor akan menjadi lemas atau layu
(wilting) dan akhirnya mengalami plasmolisis. Plasmolisis merupakan protoplas
sel yang mengkerut dan terlepas dari dinding sel (Campbell, 2012: 350).
Terlepasnya
protoplas dari dinding sel tersebut disebabkan karena adanya penyusutan atau pengurangan
volume, karena cairan yang ada di dalam protoplas tersebut sudah menjadi lebih
pekat dan berpotensial lebih negatif (Salisbury, 1991:62).
Jika
konsentrasi larutan di dalam sel lebih tinggi daripada larutan di luar sel
(hipotonis), maka air akan masuk ke dalam sel. Pergerakan masuknya air ke dalam
sel ini disebut endoosmosis. Apabila sebaliknya, yaitu kepekatan larutan di
luar sel lebih tinggi daripada di luar sel (hipertonis), maka air akan keluar
sel. Pergerakan keluarnya air dari dalam sel ini disebut eksoosmosis. Sedangkan
jika kepekatan zat terlarut di dalam sel sama dengan diluar sel (isotonis),
maka jumlah air yang masuk dan keluar sama (Karmana, 2008).
Pada
praktikum ini menggunakan tiga jenis sel tumbuhan, yaitu umbi kunyit (Curcuma longa), umbi bawang merah (Allium cepa) dan daun jadam (Rhoeo discolor).
Kunyit
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bumbu masakan bahkan obat
tradisional. Pengaruh perlakuan fisik (suhu) dan kimia (jenis pelarut) yang dilakukan pada praktikum ini tidak hanya
berpengaruh terhadap permeabilitas membran sel, akan tetapi juga berpengaruh
pada kandungan kunyit itu sendiri. Penambahan asam dan suhu merupakan faktor
yang mampu merusak aktivitas zat yang bersifat antioksidan dan antibakteri yang
terkandung dalam kunyit (Fitoni, 2013).
Tanaman
perahu adam hawa (Rhoeo discolor)
berwarna ungu di bagian bawah dan berwarna hijau pada bagian atas, sering
dijadikan sebagai tanaman hias, dan tumbuh subur di tempat yang lembab. Daun
berbentuk seperti pedang, di bagian ujung daun runcing sedangkan pangkal daun
rata, permukaan daun licin suram, dan pertulangan daun sejajar. Daun ini sering
dijadikan sebagai preparat segar untuk melakukan pengamatan sel dan jaringan
(Padmaningrum, 2011).
IV.
Metode
Pengamatan
4.1 Alat
dan Bahan
4.1.1 Alat
1. Pemanas
listrik/ kompor listrik
2. Gelas
kimia
3. Tabung
reaksi
4. Mikroskop
5. Object
glass
6. Cover
glass
7. Pipet
tetes
8. Pisau
silet
4.1.2 Bahan
1. Umbi
kunyit (Curcuma longa)
2. Umbi
bawang merah (Allium cepa)
3. Daun
jadam (Rhoeo discolor)
4. Metanol
5. Aseton
6. Aquades
7. Larutan
gula
8. Larutan
garfis
4.2 Prosedur
Kerja
4.2.1 Permeabilitas
membran sel : pengaruh suhu dan pelarut
Pada
perlakuan dengan pelarut organik, merendam 2 potong kubus umbi kunyit dalam
5 ml metanol, dan 2 potong lainnya direndam dalam 5 ml aseton,
masing-masing selama 30-40 menit pada suhu kamar
|
Pada
umbi kunyit kontrol/tanpa perlakuan, memasukkan 2 potong kubus umbi kunyit
ke dalam aquades dan mendiamkan dalam suhu kamar dalam waktu yang sama
|
Di
akhir perendaman, semua perlakuan dan kontrol, mengocok tabung dan
mengamati perbedaan warna pada masing-masing perlakuan. Lalu menulis hasil
pengamatan pada tabel pengamatan
|
Membuat
10 silinder umbi kunyit dengan diameter 0.5 cm dan panjang 2.0 cm
menggunakan pelubang gabus. Jika tidak tersedia pelubang gabus, dapat
dibuat potongan persegi atau kubus, dengan panjang sisi 1 cm x 1 cm
|
Mencuci
dengan air mengalir untuk menghilangkan pigmen yang ada pada permukaan kubus
|
Pada
perlakuan fisik (suhu), mencelupkan masing-masing 2 potong kubus umbi
kunyit ke dalam aquades bersuhu 70°C, 50°C, dan 40°C selama 1 menit. Kubus
umbi langsung dipindahkan ke dalam 5 ml aquades bersuhu kamar dan
membiarkan terendam dalam keadaan statis selama 1 jam
|
4.2.2 Plasmolisis
Mengambil
dengan hati-hati lapisan dalam dari umbi bawang merah atau bagian yang
berwarna merah dari daun jadam (Rhoeo
discolor)
|
Meletakkan
di atas object glass, lalu menetesi dengan larutan glukosa, kemudian
membiarkan selama kurang lebih 10-15 menit, dan mengamati dengan mikroskop
|
Menjelaskan fenomena yang terjadi
|
Menyerap
dengan tissue larutan glukosa yang membasahi potongan daun sampai kering,
lalu menetesi dengan aquades
|
Membiarkan
kurang lebih 10-15 menit
|
Menjelaskan
fenomena yang terjadi
|
Sebagai
pembanding, mengambil potongan daun atau umbi yang baru dan menetesi dengan
larutan garfis
|
V.
Hasil
Pengamatan
5.1 permeabilitas
membran sel : pengaruh suhu dan pelarut
Perlakuan
|
Warna Larutan
|
|
Fisik (suhu)
|
40°C
|
+++
|
50°C
|
++
|
|
70°C
|
+
|
|
Pelarut Organik
|
Metanol
|
+++
|
Aseton
|
++++
|
|
Kontrol
|
Aquades
|
+
|
Keterangan:
+ :
jernih
++ :
kurang
+++ :
sedang
++++ : sangat
5.2 plasmolisis
Perlakuan
|
Umbi
Bawang Merah (Allium cepa)
|
Daun
Jadam (Rhoeo discolor)
|
Larutan
gula
|
Perbesaran
: 100 kali
Krenasi
|
Perbesaran
: 100 kali
Krenasi
|
Larutan
garfis
|
Perbesaran
: 100 kali
Tetap
|
Perbesaran
: 100 kali
Tetap
|
Aquades
|
Perbesaran
: 100 kali
Lisis
|
Perbesaran
: 100 kali
Lisis
|
VI.
Pembahasan
Pada
praktikum acara difusi dan osmosis ini melakukan dua jenis percobaan, yaitu
permeabilitas membran sel (pengaruh suhu dan jenis pelarut) dan plasmolisis.
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati pengaruh perlakuan fisik (suhu) dan
kimia (jenis pelarut) terhadap permeabilitas membran sel dan untuk mengetahui
pengaruh larutan hipertonik dan larutan hipotonik pada sel tumbuhan. Sel
tumbuhan yang digunakan adalah umbi kunyit (Curcuma
longa), umbi bawang merah (Allium
cepa), dan daun jadam (Rhoeo discolor).
Pada
percobaan pertama yaitu permeabilitas membran sel, melakukan dua macam
perlakuan yaitu perlakuan fisik (suhu) dan perlakuan dengan pelarut organik,
dan juga disediakan kontrol sebagai pembanding. Pada pengaruh fisik (suhu)
yaitu umbi kunyit direndam dalam aquades dengan suhu 40°C, 50°C, dan 70°C. Pada
suhu 40°C warna air menjadi kuning sedang, pada suhu 50°C air menjadi kuning
kurang, sedangkan pada suhu 70°C warna air menjadi kuning jernih.
Pada
pengaruh pelarut organik, umbi kunyit direndam dalam 5 ml metanol dan 5 ml
aseton masing-masing selama 30 menit. Pada metanol, warna larutan berubah
menjadi berwarna kuning sedang, dan pada aseton, yang semula warna aseton merah
muda berubah menjadi sangat kuning. Sedangkan pada tabung kontrol yang hanya
merendam kunyit dalam aquades pada suhu kamar, warna airnya berubah menjadi
kuning jernih.
Dari
percobaan tersebut dapat dibuktikan bahwa suhu dan pelarut organik berpengaruh
terhadap permeabilitas membran sel, karena dapat dibuktikan dengan adanya
perubahan warna pada larutan yang awalnya berwarna putih bening menjadi
berwarna kuning, baik itu kuning jernih, kurang, sedang, maupun sangat kuning.
Selain itu juga mampu merubah warna aseton yang awalnya berwarna merah muda
menjadi sangat kuning. Hal ini membuktikan bahwa kedua perlakuan tersebut dapat
mempengaruhi permeabilitas membran sel sehingga pigmen warna yang ada pada umbi
kunyit dapat keluar ke dalam cairan.
Pada
pengamatan kedua tentang plasmolisis yaitu menggunakan lapisan umbi bawang
merah (Allium cepa), dan daun jadam (Rhoeo discolor) yang di tetesi dengan
tiga jenis larutan yang berbeda, yaitu larutan gula, larutan garfis, dan
aquades. Tujuan dalam penggunaan ketiga
jenis larutan yang berbeda tersebut yaitu sebagai perbandingan, karena larutan
gula bersifat hipertonik, larutan garfis bersifat isotonik, dan aquades
bersifat hipotonik. Dengan adanya perbedaan sifat pada larutan tersebut juga
akan berpengaruh terhadap sel yang akan di uji. Pada lapisan sel yang ditetesi
dengan larutan gula, di dapatkan hasil yaitu sel umbi bawang maupun daun jadam
mengalami krenasi, hal tersebut ditandai dengan semakin mengecilnya/
mengkerutnya sel tersebut, hal ini dapat terjadi karena adanya proses osmosis,
yaitu cairan dalam sel keluar ke larutan karena larutan gula bersifat
hipertonik. Pada lapisan yang ditetesi dengan larutan garfis, bentuk sel
seperti pada umumnya atau tetap tanpa adanya perubahan, karena larutan garfis
isotonis dengan cairan dalam sel. Sedangkan pada lapisan yang di tetesi dengan
aquades, bentuk sel menjadi menggembung atau mengalami lisis, hal ini terjadi
karena aquades bersifat hipotonik sehingga air masuk ke dalam sel dan membuat
sel kelebihan air sehingga menggembung dan terjadi lisis.
Pada
pengamatan permeabilitas membran sel melakukan perlakuan fisik (suhu) dan
pelarut organik, umbi kunyit direndam selama 30 menit, sedangkan pada
pengamatan plasmolisis lapisan bawang merah atau daun jadam setelah ditetesi
dengan larutan glukosa, larutan garfis, maupun aquades ditunggu selama 10-15
menit agar proses yang diharapkan dapat berjalan dengan baik/sempurna, sehingga
hasil yang didapatkan juga baik. Misalnya proses terjadinya difusi-osmosis pada
percobaan umbi kunyit, sehingga hasil perubahan warna pada larutan dapat
dibedakan secara jelas antar tiap perlakuan yang berbeda. Ataupun juga pada percobaan
plasmolisis, sehingga proses terjadinya lisis maupun krenasi dapat terlihat
secara jelas pada sel yang di amati ketika melakukan pengamatan dibawah
mikroskop.
VII.
Kesimpulan
7.1 Perlakuan
fisik (suhu) dan kimia (jenis pelarut) dapat mempengaruhi permeabilitas membran
sel, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya perubahan warna pada zat pelarut
pada tabung reaksi.
7.2 Larutan
hipertonik dapat menyebabkan sel tumbuhan mengalami krenasi, hal ini dibuktikan
dengan sel yang ditetesi dengan larutan gula nampak mengecil pada preparat. Sedangkan
larutan hipotonik dapat menyebabkan sel tumbuhan mengalami lisis, hal tersebut
dibuktikan dengan adanya penggembungan sel pada preparat yang ditetesi dengan
aquades.
VIII.
Saran
Pada saat pengamatan, alat praktikum yang digunakan
sangat terbatas dan adanya larangan untuk memotret hasil pengamatan. Contohnya
dalam penggunaan mikroskop, sehingga dalam proses pengamatan, praktikan harus
bergantian menggunakan mikroskop tersebut untuk menggambar hasil pengamatan dan
hal tersebut tidak efisien terhadap waktu. Oleh karena itu, diharapkan untuk
pengamatan selanjutnya alat-alat dalam laboratorium dapat menunjang proses
praktikum dan diperbolehkan untuk memotret hasil pengamatan agar memudahkan
dalam menggambar hasil, sehingga waktu yang digunakan menjadi lebih efisien.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, Neil
A, dkk. 2010. Biologi Edisi kedelapan
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Campbell, Neil
A, dkk. 2012. Biologi Edisi kedelapan
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Fitoni, Cholib Nanang, dkk. 2013. Pengaruh Pemanasan Filtrat Rimpang Kunyit
(Curcuma Ilonga) Terhadap Pertumbuhan
Koloni Bakteri Coliform
Secara Invitro.
Jurnal Biologi Vol. 2 Universitas Negeri Surabaya.
Fried, H. George. 2006. Schaum’s Outline Biologi Edisi – 2. Jakarta: Erlangga.
Karmana, Oman. 2008. Biologi. Bandung: Grafindo Media Prtama.
Padmaningrum, Regina Tutik. 2011. Karakter Ekstrak Zat Warna Daun Rhoeo
discolor
Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa. Jurnal Fakultas MIPA,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Rahmasari, Hamita dan Susanto, Wahono
Hadi. 2014. Ektraksi Osmosis Pada
Pembuatan
Sirup Murbei (Morus alba L.) Kajian Proporsi Buah: Sukrosa
dan lama Osmosis.
Jurnal Pangan dan Agroindustri. Volume 2 Nomor 3.
Salisbury, Frank B. dan Cleon W. Ross.
1991. Fisiologi Tumbuhan. Bandung:
ITB Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar