PENGARUH
PERBEDAAN JENIS MAKANAN TERHADAP PENCERNAAN MERPATI (Columba livia)
Siti
Rosida, 140210103019, Fisiologi Hewan Kelas A
Program
Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Jember
Abstrak
Merpati
(Columba livia) termasuk dalam jenis
burung pemakan biji-bijian, seperti gandum, padi, jagung, gabah, dan
sebagainya. Sistem
pencernaan merpati
ini terbagi menjadi dua bagian,
yaitu
saluran cerna
utama yang
terdiri
atas
mulut (paruh), esofagus, tembolok
(ingluvies),
proventrikulus, ventrikulus, usus halus, sekum, usus
besar, dan kloaka. Serta kelenjar pelengkap
(asesoris) yaitu hati dan pankreas.
Ciri khusus yang dimiliki sistem pencernaan merpati yaitu adanya tembolok yang berfungsi
untuk menerima dan menyimpan
makanan
sementara sebelum masuk ke proventrikulus,
terutama pada saat memakan makanan
dalam jumlah yang banyak. Pada bagian dinding tembolok terdapat
banyak
kelenjar yang menghasilkan mukus yang berfungsi sebagai cairan lubrikasi
yang bersifat
melunakkan makanan.
Pengamatan
ini menunjukkan bahwa ukuran makanan yang semakin besar atau berbeda jenis
makanan yang dimakan oleh burung merpati, akan berpengaruh terhadap lama proses
pencernaan makanan tersebut, yaitu tergantung dengan besar kecilnya ukuran
makanan yang dimakan. Selain itu juga akan berpengaruh terhadap perubahan
bentuk makanan dalam sistem pencernaan tergantung lama waktu yang diperlukan
untuk mencernanya.
Kata kunci: pencernaan, tembolok, waktu
PENDAHULUAN
Merpati termasuk dalam jenis
burung pemakan biji-bijian, seperti gandum, cantel, padi, jagung, gabah, kacang
panjang, kacang tanah, dan sebagainya. Pada pencernaan hewan vertebrata seperti
burung merpatai ini dilakukan secara mekanis dan enzimatis dengan menggunakan
enzim-enzim yang disekresikan oleh kelenjar pencernaan makanan. Proses
pencernaan yang terjadi di dalam tubuh juga membutuhkan waktu. Oleh karena itu,
praktikum ini dilakukan dengan tujuan yaitu untuk mengetahui perubahan bentuk
beberapa jenis makanan dalam proses pencernaan, serta untuk mengetahui waktu yang
diperlukan oleh organ pencernaan dalam mencerna beberapa jenis makanan.
METODE
PENELITIAN
Praktikum ini dilaksanakan di
laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Jember pada tanggal 20 November 2016. Alat yang digunakan yaitu timbangan,
sangkar, seperangkat alat seksio, gelas ukur,dan penggaris. Sedangkan bahan
yang digunakan yaitu burung merpati yang relatif sama dan makanan (jagung dan gabah).
Praktikum ini dilakukan dalam jangka waktu dua hari, yaitu hari jum’at sore jam
17.00 hingga sabtu jam 13.00 sore. Burung dara ada 12 ekor. Pada hari jumat
sore, praktikan membuat kandang untuk burung dara dari kardus, mengkondisikan
agar burung dara tidak kehabisan napas, kotoran dapat dibersihkan dengan muda,
dan pencahayaan untuk burung dara tidak terganggu. Di dalam perlakuan ini,
burung dara ada yang diberi makan gabah, dan ada yang diberi makan jagung.
Namun, kelompok kami memakai perlakuan memberi makan dengan gabah. Pukul 17.00-19.00 burung dara diberi makan dan minum sepuasnya.
Melakukan pengamatan feses dilakukan yaitu mengamati struktur, aroma, bentuk,
dan warna pada saat pemberian makan dan minum sepuasnya tersebut. Setelah
burung dara dipuasakan hingga pukul 06.00,
kemudian diberi makan sebanyak 50 gram gabah dan 50 ml air yang telah
ditimbang terlebih dahulu di lab, hingga pukul 13.00 sore. Setelah itu,
pengamatan yaitu pembedahan dilakukan sesuai jadwal tiap kelompok yaitu dimulai
dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 19.00 malam. Sebelumnya, makanan dan minuman
yang tersisa, harus ditimbang di lab.
HASIL
PENELITIAN
Kelas/kel
|
Jenis makanan
|
Jam bedah
|
Makanan
|
minuman
|
Panjang usus
|
0rgan
|
Kondisi makanan
|
||||
Awal (gr)
|
Akhir (gr)
|
Awal (ml)
|
Akhir (ml)
|
warna
|
tekstur
|
parasit
|
|||||
A 6
|
Gabah
|
13.00
|
50 gr
|
49 gr
|
50 ml
|
35 ml
|
Usus besar: 26,5 cm
|
Tembolok
|
Kuning
|
Utuh
|
-
|
Proventrikulus
|
Hijau
|
Kasar
|
-
|
||||||||
Ventrikulus
|
Hijau
|
Kasar
|
-
|
||||||||
Usus halus: 30 cm
|
Usus halus
|
Kuning
|
Halus
|
17 cacing pipih
|
|||||||
Usus besar
|
Hijau
|
Agak memadat
|
1 cacing pipih
|
||||||||
Feses sebelum
|
Hijau lumut
|
Halus
|
-
|
||||||||
Feses sesudah
|
Hijau lumut
|
kasar
|
-
|
||||||||
PEMBAHASAN
Sistem pencernaan pada unggas sangat sederhana
dan
merupakan hewan monogastrik
(berlambung tunggal). Sistem pencernan
unggas terbagi menjadi dua bagian,
yaitu
saluran cerna
utama yang
terdiri
atas
mulut (paruh), esofagus, tembolok
(ingluvies),
proventrikulus, ventrikulus, usus halus, sekum, usus
besar, dan kloaka serta kelenjar pelengkap (asesoris)
yaitu hati dan pankreas. Tembolok merupakan
pelebaran esofagus yang dilapisi oleh epithelium
squamosa berlapis. Kelenjar tembolok ditemukan di bagian yang berdekatan
dengan esofagus. Tembolok
hanya terdapat pada bangsa burung yang makan biji-bijian, tidak terdapat
pada
bangsa burung pemakan serangga. Fungsi
utama
tembolok
adalah untuk
menerima dan menyimpan
makanan
sementara sebelum masuk ke proventrikulus,
terutama pada saat memakan makanan
dalam jumlah yang banyak. Pada bagian dinding tembolok terdapat
banyak
kelenjar yang menghasilkan mukus, berfungsi sebagai cairan
lubrikasi yang
bersifat melunakkan makanan (Zainuddin, 2015).
Pada
hewan sederhana, partikel-partikel makanan ditelan secara endositosis langsung
ke dalam sel, dimana partikel makanan mengalami pencernaan secara intraseluler
oleh asam dan enzim-enzim. Pada hewan yang lebih kompleks pencernaan makanan
mengandalkan terutama pada pencernaan ekstraseluler yang mengambil tempat dalam
suatu rongga saluran pencernaan yang terbentang dalam tubuh organisme. Makanan
tersebut akan mengalami berbagai macam proses kimia, mekanik, dan bakterial
selama melewati saluran tersebut (Soewolo, 2000).
Proses pencernaan makanan pada unggas (ayam
kampung (Gallus domesticus), merpati (Columba domesticus),
dan
bebek (Anser anser domesticus)) berlangsung
di
dalam usus halus, meliputi pencernaan pati, glukosa, sakarida, maltosa,
dan
sukrosa yang
dicernakan menjadi gula-gula sederhana. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Duodenum memiliki
lipatan mukosa yang melingkar
dan
memiliki
banyak
vili, jejenum mirip dengan
daerah
duodenum. Ukuran
vili jejenum
lebih langsing dan jumlahnya lebih sedikit
daripada
duodenum.
Ileum mirip dengan jejenum, vili pada ileum membentuk kelompok.
Ileum tidak
memiliki lipatan-lipatan mukosa. Usus halus relatif panjang, ini memungkinkan
kontak yang lama antara
makanan dan
enzim-enzim pencernaan
serta hasil-hasil pencernaan
dan
sel-sel absorptif epitel (Zainuddin,
2016).
Merpati
termasuk jenis burung pemakan biji-bijian, seprti gandum, cantel, jemawut,
beras, jagung, gabah, kacang panjang, kacang tanah, dan sebagainya. Merpati
juga membutuhkan sejumlah vitamin dan mineral yang khusus untuk burung. Untuk
melancarkan pencernaan terkadang perlu diberi butiran kulit kerang atau tiram
sebagai makanan berbentuk grit. Di dalam lambung pengunyah pada merpati
terkadang sudah terdapat kerikil kecil-kecil atau butiran-butiran pasir.
Benda-benda tersebut senngaja ditelannya untuk membantu pencernaannya
(Suparman, 2007).
Ektoparasit yang banyak menyerang burung berasal dari Kelas
Insekta yaitu Goniocotes sp. (kutu penggigit) dan Columbicola
columbae (kutu merpati) dari Ordo Phtiraptera dan Pseudolynchia
canariensis dari Ordo Diptera, serta Kelas Arachnida yaitu tungau dari
Famili Pterolichidae. Berbagai jenis ektoparasit dikenal sebagai vektor
penyakit zoonosis yang berakibat fatal bagi manusia, seperti radang otak oleh
caplak, pes oleh pinjal dan tifus belukar oleh tungau (Bahtiar, 2014).
Jenis
makanan berhubungan dengan lama waktu yang dibutuhkan untuk mencerna makanan
tersebut. Gabah lebih mudah dicerna daripada jagung, karena jika dilihat dari
segi besar kecilnya makanan ukuran gabah lebih kecil daripada ukuran jagung.
Sedangkn ukuran jagung yang jauh lebih besar daripada gabah, maka sistem
pencernaan dari burung dara ini akan lebih lama dalam mencerna makanan
tersebut. Pada beberapa merpati di bagian tembolok, terdapat makanan yang masih
berbentuk utuh dan terdapat kerikil. Kerikil ini berguna dalam membantu
menhgancurkan makanan. Pada proventrikulus dan ventrikulus, warna makanan
menjadi hijau. Sedangkan pada usus halus, makanan yang sudah dicerna akan
berubah menjadi warna kuning dan lembut, sedangkan memasuki usus besar, sari
makanan akan memadat dan berwarna kehitaman karena feses telah siap untuk
dikeluarkan.
Perbedaan
jenis makanan ini juga berpengaruh terhadap kondisi feses burung dara. Jika
diberi perlakuan gabah, hari pertama menunjukkan bahwa feses burung dara tidak
menimbulkan bau, namun setelah burung dara diberikan makanan, maka feses
beraroma tidak sedap. Sedangkan pada perlakuan jagung, feses beraroma tidak
sedap.
Perbedaan jeda jam pembedahan dengan interval tiap-tiap
satu jam, dimaksudkan untuk melihat perbedaan kondisi makanan yang ada didalam
saluran pencernaan burung dara tersebut. Dari hasil yang didapatkan secara
keseluruhan, kelompok yang melakukan pembedahan pada jam-jam awal (jeda waktu
pemberian makan tidak terlalu lam dengan proses pembedahan) menunjukkan bahwa
makanan di dalam saluran pencernaan mulai tembolok hingga ventrikulus masih
terdapat bagian-bagian yang kasar. Sedangkan pada kelompok yang melakukan
pembedahan dengan jeda waktu yang lama terhadap pemberian makan, menunjukkan
bahwa makanan yang terdapat pada saluran pencernaan sudah berbentuk halus
semua. Pada hasil pengamatan, ditemukan pula adanya parasit pada saluran
pencernaan burung dara, yaitu berupa cacing pipih dan Ascaris sp. Jumlah parasit ini pada tiap burung dara yang di uji
berbeda-beda karena disebabkan beberapa faktor, diantaranya yaitu disebabkan oleh
makanan pada tempat pembelian burung dara, juga karena dipengaruhi oleh umur
burung dara tersebut.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Ukuran makanan yang
semakin besar atau berbeda jenis makanan yang dimakan oleh burung merpati, akan
berpengaruh terhadap lama proses pencernaan makanan tersebut, yaitu tergantung
dengan besar kecilnya ukuran makanan yang dimakan. Selain itu juga akan berpengaruh
terhadap perubahan bentuk makanan dalam sistem pencernaan tergantung dengan
lama waktu yang diperlukan untuk mencernanya.
Pada praktikum ini
melakukan pengamatan angkatan dan membahas data hasil pengamatan angkatan. Hal tersebut
dirasa sangat sulit bagi praktikan. Oleh karena itu, untuk praktikum
selanjutnya diharapkan hanya membahas data hasil kelas saja agar lebih
memudahkan dalam proses pembuatan laporan.
DAFTAR
PUSTAKA
[1] Zainuddin, et all. 2015. Gambaran Histologi
Kelenjar Tembolok Ayam Kampung, Bebek, Dan
Merpati.
Jurnal Medika Veterinaria. Vol. 10
No. 1.
[2]
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan.
Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
[3] Zainuddin, et all. 2016. Gambaran Histologi Kelenjar
Intestinal Pada Duodenum
Ayam Kampung
(Gallus domesticus), Merpati (Columba
domesticus) Dan Bebek (Anser domesticus).
Jurnal Medika Veterinaria. Vol. 10
No. 1.
[4]
Suparman. 2007. Cara Beternak Merpati.
Jakarta:
JP
Books.
[5]
Bahtiar, Denny Herbianto, dkk. 2014.
Keanekaragaman Jenis Ektoparasit Burung
Paruh Bengkok Famili Psittacidae Di
Taman
Margasatwa Semarang. Unnes Journal of
Life Science. Volume 3 Nomor 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar