Selasa, 13 Desember 2016

PENGARUH PERBEDAAN JENIS MAKANAN TERHADAP PENCERNAAN MERPATI (Columba livia)



PENGARUH PERBEDAAN JENIS MAKANAN TERHADAP PENCERNAAN MERPATI (Columba livia)
Siti Rosida, 140210103019, Fisiologi Hewan Kelas A
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember
Abstrak
Merpati (Columba livia) termasuk dalam jenis burung pemakan biji-bijian, seperti gandum, padi, jagung, gabah, dan sebagainya. Sistem pencernaan merpati ini terbagi menjadi dua bagian,  yaitu  saluran  cerna  utama  yang  terdiri  atas mulut (paruh), esofagus, tembolok (ingluvies), proventrikulus, ventrikulus, usus halus, sekum, usus besar, dan kloaka. Serta kelenjar pelengkap (asesoris) yaitu hati dan pankreas. Ciri khusus yang dimiliki sistem pencernaan merpati yaitu adanya tembolok yang berfungsi untuk menerima dan menyimpan makanan sementara sebelum masuk ke proventrikulus, terutama pada saat memakan makanan dalam jumlah yang banyak. Pada bagian  dinding  tembolok  terdapat  banyak  kelenjar yang menghasilkan mukus yang berfungsi sebagai cairan lubrikasi  yang  bersifat  melunakkan  makanan. Pengamatan ini menunjukkan bahwa ukuran makanan yang semakin besar atau berbeda jenis makanan yang dimakan oleh burung merpati, akan berpengaruh terhadap lama proses pencernaan makanan tersebut, yaitu tergantung dengan besar kecilnya ukuran makanan yang dimakan. Selain itu juga akan berpengaruh terhadap perubahan bentuk makanan dalam sistem pencernaan tergantung lama waktu yang diperlukan untuk mencernanya.
Kata kunci: pencernaan, tembolok, waktu
PENDAHULUAN
Merpati termasuk dalam jenis burung pemakan biji-bijian, seperti gandum, cantel, padi, jagung, gabah, kacang panjang, kacang tanah, dan sebagainya. Pada pencernaan hewan vertebrata seperti burung merpatai ini dilakukan secara mekanis dan enzimatis dengan menggunakan enzim-enzim yang disekresikan oleh kelenjar pencernaan makanan. Proses pencernaan yang terjadi di dalam tubuh juga membutuhkan waktu. Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan dengan tujuan yaitu untuk mengetahui perubahan bentuk beberapa jenis makanan dalam proses pencernaan, serta untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh organ pencernaan dalam mencerna beberapa jenis makanan.
METODE PENELITIAN
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember pada tanggal 20 November 2016. Alat yang digunakan yaitu timbangan, sangkar, seperangkat alat seksio, gelas ukur,dan penggaris. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu burung merpati yang relatif sama dan makanan (jagung dan gabah). Praktikum ini dilakukan dalam jangka waktu dua hari, yaitu hari jum’at sore jam 17.00 hingga sabtu jam 13.00 sore. Burung dara ada 12 ekor. Pada hari jumat sore, praktikan membuat kandang untuk burung dara dari kardus, mengkondisikan agar burung dara tidak kehabisan napas, kotoran dapat dibersihkan dengan muda, dan pencahayaan untuk burung dara tidak terganggu. Di dalam perlakuan ini, burung dara ada yang diberi makan gabah, dan ada yang diberi makan jagung. Namun, kelompok kami memakai perlakuan memberi makan dengan gabah. Pukul 17.00-19.00  burung dara diberi makan dan minum sepuasnya. Melakukan pengamatan feses dilakukan yaitu mengamati struktur, aroma, bentuk, dan warna pada saat pemberian makan dan minum sepuasnya tersebut. Setelah burung dara dipuasakan hingga pukul 06.00,  kemudian diberi makan sebanyak 50 gram gabah dan 50 ml air yang telah ditimbang terlebih dahulu di lab, hingga pukul 13.00 sore. Setelah itu, pengamatan yaitu pembedahan dilakukan sesuai jadwal tiap kelompok yaitu dimulai dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 19.00 malam. Sebelumnya, makanan dan minuman yang tersisa, harus ditimbang di lab.


HASIL PENELITIAN

Kelas/kel
Jenis makanan
Jam bedah
Makanan

minuman
Panjang usus
0rgan
Kondisi makanan
Awal (gr)
Akhir (gr)
Awal (ml)
Akhir (ml)
warna
tekstur
parasit
A 6
Gabah
13.00
50 gr
49 gr
50 ml
35 ml
Usus besar: 26,5 cm
Tembolok
Kuning
Utuh
-
Proventrikulus
Hijau
Kasar
-
Ventrikulus
Hijau
Kasar
-
Usus halus: 30 cm
Usus halus
Kuning
Halus
17 cacing pipih
Usus besar
Hijau
Agak memadat
1 cacing pipih
Feses sebelum
Hijau lumut
Halus
-
Feses sesudah
Hijau lumut
kasar
-






PEMBAHASAN
Sistem pencernaan pada unggas sangat sederhana dan merupakan hewan monogastrik (berlambung tunggal). Sistem pencernan unggas terbagi menjadi dua bagian,  yaitu  saluran  cerna  utama  yang  terdiri  atas mulut (paruh), esofagus, tembolok (ingluvies), proventrikulus, ventrikulus, usus halus, sekum, usus besar, dan kloaka serta kelenjar pelengkap (asesoris) yaitu hati dan pankreas. Tembolok merupakan pelebaran esofagus yang dilapisi oleh epithelium squamosa berlapis. Kelenjar tembolok   ditemukan   di   bagian   yang   berdekatan dengan esofagus. Tembolok hanya terdapat pada bangsa burung yang makan biji-bijian, tidak terdapat pada bangsa burung pemakan serangga. Fungsi utama  tembolok  adalah  untuk menerima dan menyimpan makanan sementara sebelum masuk ke proventrikulus, terutama pada saat memakan makanan dalam jumlah yang banyak. Pada bagian  dinding  tembolok  terdapat  banyak  kelenjar yang menghasilkan mukus, berfungsi sebagai cairan lubrikasi  yang  bersifat  melunakkan  makanan (Zainuddin, 2015).
Pada hewan sederhana, partikel-partikel makanan ditelan secara endositosis langsung ke dalam sel, dimana partikel makanan mengalami pencernaan secara intraseluler oleh asam dan enzim-enzim. Pada hewan yang lebih kompleks pencernaan makanan mengandalkan terutama pada pencernaan ekstraseluler yang mengambil tempat dalam suatu rongga saluran pencernaan yang terbentang dalam tubuh organisme. Makanan tersebut akan mengalami berbagai macam proses kimia, mekanik, dan bakterial selama melewati saluran tersebut (Soewolo, 2000).
Proses pencernaan makanan pada unggas (ayam kampung (Gallus domesticus), merpati (Columba domesticus), dan bebek (Anser anser domesticus)) berlangsung di dalam usus halus, meliputi pencernaan pati, glukosa, sakarida, maltosa, dan sukrosa yang dicernakan menjadi gula-gula sederhana. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Duodenum memiliki lipatan mukosa yang melingkar dan memiliki banyak vili, jejenum mirip dengan daerah duodenum. Ukuran vili jejenum lebih langsing dan jumlahnya lebih sedikit daripada duodenum. Ileum mirip dengan jejenum, vili pada   ileum   membentuk   kelompok.   Ileum   tidak memiliki lipatan-lipatan mukosa. Usus halus relatif panjang, ini memungkinkan kontak yang lama  antara  makanan  dan  enzim-enzim  pencernaan serta hasil-hasil pencernaan dan sel-sel absorptif epitel (Zainuddin, 2016).
Merpati termasuk jenis burung pemakan biji-bijian, seprti gandum, cantel, jemawut, beras, jagung, gabah, kacang panjang, kacang tanah, dan sebagainya. Merpati juga membutuhkan sejumlah vitamin dan mineral yang khusus untuk burung. Untuk melancarkan pencernaan terkadang perlu diberi butiran kulit kerang atau tiram sebagai makanan berbentuk grit. Di dalam lambung pengunyah pada merpati terkadang sudah terdapat kerikil kecil-kecil atau butiran-butiran pasir. Benda-benda tersebut senngaja ditelannya untuk membantu pencernaannya (Suparman, 2007).
Ektoparasit yang banyak menyerang burung berasal dari Kelas Insekta yaitu Goniocotes sp. (kutu penggigit) dan Columbicola columbae (kutu merpati) dari Ordo Phtiraptera dan Pseudolynchia canariensis dari Ordo Diptera, serta Kelas Arachnida yaitu tungau dari Famili Pterolichidae. Berbagai jenis ektoparasit dikenal sebagai vektor penyakit zoonosis yang berakibat fatal bagi manusia, seperti radang otak oleh caplak, pes oleh pinjal dan tifus belukar oleh tungau (Bahtiar, 2014).
Jenis makanan berhubungan dengan lama waktu yang dibutuhkan untuk mencerna makanan tersebut. Gabah lebih mudah dicerna daripada jagung, karena jika dilihat dari segi besar kecilnya makanan ukuran gabah lebih kecil daripada ukuran jagung. Sedangkn ukuran jagung yang jauh lebih besar daripada gabah, maka sistem pencernaan dari burung dara ini akan lebih lama dalam mencerna makanan tersebut. Pada beberapa merpati di bagian tembolok, terdapat makanan yang masih berbentuk utuh dan terdapat kerikil. Kerikil ini berguna dalam membantu menhgancurkan makanan. Pada proventrikulus dan ventrikulus, warna makanan menjadi hijau. Sedangkan pada usus halus, makanan yang sudah dicerna akan berubah menjadi warna kuning dan lembut, sedangkan memasuki usus besar, sari makanan akan memadat dan berwarna kehitaman karena feses telah siap untuk dikeluarkan.
Perbedaan jenis makanan ini juga berpengaruh terhadap kondisi feses burung dara. Jika diberi perlakuan gabah, hari pertama menunjukkan bahwa feses burung dara tidak menimbulkan bau, namun setelah burung dara diberikan makanan, maka feses beraroma tidak sedap. Sedangkan pada perlakuan jagung, feses beraroma tidak sedap.
Perbedaan  jeda jam pembedahan dengan interval tiap-tiap satu jam, dimaksudkan untuk melihat perbedaan kondisi makanan yang ada didalam saluran pencernaan burung dara tersebut. Dari hasil yang didapatkan secara keseluruhan, kelompok yang melakukan pembedahan pada jam-jam awal (jeda waktu pemberian makan tidak terlalu lam dengan proses pembedahan) menunjukkan bahwa makanan di dalam saluran pencernaan mulai tembolok hingga ventrikulus masih terdapat bagian-bagian yang kasar. Sedangkan pada kelompok yang melakukan pembedahan dengan jeda waktu yang lama terhadap pemberian makan, menunjukkan bahwa makanan yang terdapat pada saluran pencernaan sudah berbentuk halus semua. Pada hasil pengamatan, ditemukan pula adanya parasit pada saluran pencernaan burung dara, yaitu berupa cacing pipih dan Ascaris sp. Jumlah parasit ini pada tiap burung dara yang di uji berbeda-beda karena disebabkan beberapa faktor, diantaranya yaitu disebabkan oleh makanan pada tempat pembelian burung dara, juga karena dipengaruhi oleh umur burung dara tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Ukuran makanan yang semakin besar atau berbeda jenis makanan yang dimakan oleh burung merpati, akan berpengaruh terhadap lama proses pencernaan makanan tersebut, yaitu tergantung dengan besar kecilnya ukuran makanan yang dimakan. Selain itu juga akan berpengaruh terhadap perubahan bentuk makanan dalam sistem pencernaan tergantung dengan lama waktu yang diperlukan untuk mencernanya.
Pada praktikum ini melakukan pengamatan angkatan dan membahas data hasil pengamatan angkatan. Hal tersebut dirasa sangat sulit bagi praktikan. Oleh karena itu, untuk praktikum selanjutnya diharapkan hanya membahas data hasil kelas saja agar lebih memudahkan dalam proses pembuatan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Zainuddin, et all. 2015. Gambaran Histologi
            Kelenjar Tembolok Ayam Kampung, Bebek, Dan
            Merpati. Jurnal Medika Veterinaria. Vol. 10
         No. 1.
[2] Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan.
           Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
[3] Zainuddin, et all. 2016. Gambaran Histologi Kelenjar
                Intestinal Pada Duodenum Ayam Kampung
 (Gallus domesticus), Merpati (Columba
 domesticus) Dan Bebek (Anser domesticus).
 Jurnal Medika Veterinaria. Vol. 10  No. 1.
[4] Suparman. 2007. Cara Beternak Merpati. Jakarta:
   JP Books.
[5] Bahtiar, Denny Herbianto, dkk. 2014.
Keanekaragaman Jenis Ektoparasit Burung
Paruh Bengkok Famili Psittacidae Di Taman
Margasatwa Semarang. Unnes Journal of
Life Science. Volume 3 Nomor 2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar