Selasa, 13 Desember 2016

Pertumbuhan Pucuk






LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
 “Pertumbuhan Pucuk”















Oleh :
                                    Nama                          : Siti Rosida
                                    NIM                            : 140210103019
                                    Kelas/Kelompok         : A/1











PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
      I.          Judul
Pertumbuhan Pucuk
    II.          Tujuan
Untuk mengetahui letak daerah morfologi mana yang terutama terjadi pertumbuhan pucuk tumbuhan.
  III.          Dasar Teori
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dimulai dengan berkecambahnya biji. Kondisi lembab diperlukan untuk aktifitas pemanjangan selserta cahaya berpengaruhpada pertumbuhan. Gen dibutuhkan untuk mengontrol sintesis protein dan hormon berfungsi untuk mengatur pertumbuhan misalnya auksin, sitokinin, giberelin, asam traumalin, dan kalin. Kualitas, intensitas, dan lamanya radiasi yang mengenai tumbuhan mempunyai pengaruh yang besar terhadap berbagai proses fisiologi tumbuhan Perkembangan struktur tumbuhan juga dipengaruhi oleh cahaya (fotomorfogenesis). Efek fotomorfogenesis ini dapat dengan mudah diketahui dengan cara membandingkan kecambah yang tumbuh di tempat terang dengan kecambah dari tempat gelap  (Haryanti, 2015).
Pada usia muda tumbuhan pertumbuhan di dominasi oleh pertumbuan vegetatif kemudian berlanjut pada tumbuhan masa dewasa yang dicirikan dengan tumbuhnya organ-organ generatif. Peralihan tumbuhan usia muda ke usia dewasa disebut ontogenetic. Untuk tanaman tahunan, peralihan ini bersifat permanen yang artinya sekali menjadi dewasa informasi genetik yang diperoleh tidak berubah, meskipun berbunganya terjadi pada kurun waktu tertentu. Tumbuhan pada usia muda tidak sama dengan pertumbuhan usia vegetatif ke masa generatif (Mangoendidjojo, 2003).
Letak pertumbuhan adalah pada meristem apikal, lateral, dan interkalar. Pertumbuhan ujung cenderung menghasilkan pertambahan panjang, pertumbuhan lateral menghasilkan pertambahan lebar. Pertambahan panjang batang terjadi di meristem interkalar, memerlukan tambahan sumber hormon pertumbuhan dan mempunyai jumlah sel ataupun aktifitas sel yang rendah  (Campbell, et all, 2008).
Meristem apikal berasal dari organ lain tidak berasal dari embrio tetapi berasal dari jaringan sekunder yang sudah dewasa seperti meristem sekunder meskipun struktur dan fungsinya adalah meristem primer. Meristem apikal dibagi menjadi dua daerah penting yaitu: promeristem, prokambium dan meristem dasar yang dapat dibedakan. Promeristem akan menghasilkan sistem epidermal, meristem apikal daerah prokambium menghasilkan jaringan pengangkut primer dan meristem dasar akan membentuk jaringan dasar pada tumbuhan seperti parenkima dan sklerenkima dan korteks dan empulur serta kolenkima korteks (Lakitan, 2007).
Zat pengatur tumbuh tanaman adalah senyawa organik yang bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologis tumbuhan. Untuk mendapatkan hasil perbanyakan bibit yang baik selain perlu memperhatikan media tumbuh, diperlukan zat pengatur tumbuh (zpt) untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Auksin merupakan salah satu hormon yang dapat berpengaruh terhadap pembentukan akar, perkembangan tunas, kegiatan sel-sel meristem, pembentukan bunga, pembentukan buah dan terhadap gugurnya daun dan buah (Patma, 2013: 288).
Hormon auksin mampu mengendurkan dinding sel epidermis, sehingga dinding sel epidermis yang sudah kendur menjadi mengembang, kemudian sel epidermis ini membentang dengan cepat, dan pembentangan ini menyebabkan sel sub epidermis yang menempel pada sel epidermis juga mengembang. Hal ini dapat memudahkan air masuk ke dalam batang. Masuknya air ke dalam batang akan memacu proses perakaran (Shofiana, 2013: 104).
Fungsi auksin antara lain mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar, perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme dan geotropisme. Auksin terbagi menjadi beberapa jenis antara lain : Indole Acetic Acid (IAA) , Indole Butyric Acid (IBA), Naphtaleneacetic Acid (NAA), dan 2,4-dichlorophenoxy acetic acid (2,4-D) (Arimarsetiowati, 2012: 84).
  IV.          Metode Pengamatan
4.1  Alat dan Bahan
4.1.1   Alat
a.      Bak atau pot (gelas capcin)
b.     Alat penyiram (handsprayer)
c.      Jangka sorong atau penggaris
4.1.2   Bahan
a.      Benih kacang hijau
b.     Air
4.2  Prosedur Kerja


 

















Text Box: Setelah 48 jam mengukur jarak diantara interval dan menghitung nilai rata-rata panjang pada masing-masing nomor interval


 








    V.          Hasil Pengamatan
Kel
Tumbuhan
Interval
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
1
2
3
4
5
0,5
0,3
0,5
0,3
0,4
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,5
0,5
0,5
0,6
0,5
0,4
0,5
0,3
0,2
0,2
0,5
0,5
0,4
0,4
0,3
0,3
0,3
0,4
0,3
0,3
0,4
0,3
0,5
0,5
0,4
0,4
0,5
0,4
0,3
0,3
0,4
0,3
0,3
0,2
0,2
0,2
0,3
0,3
0,3
0,2
2
1

2

3

4

5
0,3
0,2
0,2
0,2
0,15
0,2
0,15
0,15
0,15
0,2
0,25
0,25
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,25
0,15
0,3
0,2
0,1
0,15
0,15
0,15
0,1
0,1
0,15
0,2
0,2
0,2
0,1
0,2
0,2
0,2
0,25
0,15
0,15
0,1
0,2
0,1
0,15
0,2
0,2
0,1
0,1
0,2
0,2
0,2
3
1
2
3
4
5
1
1
0,3
0,3
0,2
0,2
0,1
0
0
0
1,1
1,5
0,8
0,3
0,2
0,9
0,1
0
0
0
1,1
0,8
0,7
0,5
0,2
0,1
0,2
0,2
0,2
0,2
1,8
1,3
0,8
0,7
0,4
0,2
0,2
0,1
0,1
0,1
1,8
0,5
0,4
0,4
0,7
0,6
0,4
0,4
0,3
0,2
4
1
2
3
4
5
0,2
0,4
0,8
1,0
0,8
0,8
0,5
0,4
0,3
0,2
0,2
0,3
0,3
0,4
0,5
0,5
0,3
0,4
0,4
0,3
0,3
0,2
0,3
0,3
0,4
0,2
0,2
0,2
0,3
0,2
0,2
0,5
0,5
0,8
0,4
0,5
0,4
0,3
0,2
0,3
0,4
0,6
3,0
1,5
1,4
1,0
1,1
0,5
0,6
0,4
5
1
2
3
4
5
0,4
0,8
1,3
0,7
0,8
0,4
0,3
0,3
0,2
0,1
0,5
0,8
0,8
0,7
0,3
0,2
0,2
0,1
0,1
0,1
0,3
0,5
0,5
0,6
0,3
0,3
0,2
0,1
0,1
0
0,3
0,5
0,8
0,8
0,6
0,3
0,3
0,2
0,2
0,2
0,3
0,8
1
1
0,7
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
6
1
2
3
4
5
1,4
1,9
1,2
1,5
0,7
0,5
0,3
0,4
0,3
0,3
1,9
1,4
1,4
0,7
0,6
0,6
0,6
0,3
0,4
0,3
1,7
1,2
0,7
0,6
0,5
0,5
0,4
0,4
0,4
0,3
1,5
1
1
1
0,5
0,5
0,4
0,3
0,3
0,3
0,8
0,8
1,3
1,5
0,9
0,6
0,6
0,4
0,3
0,3

  VI.          Pembahasan
Penambahan tinggi tanaman padi karena pemberian giberelin, juga akan menyebabkan berkembang dan tumbuhnya tunas yang tumbuh di pucuk (puncak) batang pada tanaman, cyperaceae menjadi aktif mengalami dominasi apical. Tunas apikal adalah tunas yang tumbuh di pucuk (puncak) batang. Dominasi apikal dan pembentukan cabang lateral dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon. Dominasi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Selama masih ada tunas pucuk atau apikal, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk (Parman, 2015).
Etioloasi merupakan pertumbuhan tanaman yang kekurangan pasokan cahaya dan kecenderungan tanaman untuk menjangkau sumber cahaya, sehingga pertumbuhannya lemah dan tidak kokoh, serta daun kecil dan tampak pucat. Etiolasi ini dikendalikan oleh hormon auksin yang diproduksi di ujung titik pertumbuhan, yakni pucuk tanaman. Dengan keberadaan auksin, tumbuhan akan terus memanjang sampai titik ujung tumbuhan mendapatkan cahaya yang cukup untuk menghambat produksi auksin. karena itu, pasti sejak awal tanaman secara keseluruhan mendapatkan cahaya matahari secara langsung agar pertumbuhnannya sempurna (Rahmat, 2015).
Kondisi gelap (G) produksi hormon auksin atau IAA turun. Auksin adalah hormon tumbuh yang banyak ditemukan di sel-sel meristem, seperti ujung akar dan ujung batang. Oleh karena itu tanaman akan lebih cepat memanjang/etiolasi. Selain itu, diduga enzim riboflavin pada ujung batang menyerap sinar nila dari sinar matahari. Sinar nila saat intensitas rendah dapat merusak enzim-enzim pembentukkan asam indolasetat ,sehingga akan terjadi penghambatan pembelahan dan deferensiasisel-sel parenkim kortek batang dan sel-sel primordia daun (Haryanti, 2015).
Adanya naungan disekitar lokasi penanaman yang menyebabkan berkurangnya intensitas cahaya yang diterima tanaman, sehingga tanaman mengalami perpanjangan pada batang. Cahaya yang tidak maksimal masuk ke tanaman dengan sendirinya akan tumbuh mencari arah sumber cahaya dan terjadinya pemanjangan pada batang tanaman (etiolasi) disebabkan karena adanya pengaruh hormon tumbuhan, dimana hormon pada tumbuhan ini berfungsi sebagai pemanjangan dan pembesaran sel. Hormon tumbuhan seperti auksin dapat merubah tumbuh dan perkembangan tumbuhan. Pada tumbuhan yang kekurangan cahaya akan terjadi penimbunan auksin, menyebabkan pemanjangan sel lebih cepat yang menyebabkan etiolasi pada tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara luas adalah fakkor eksternal yaitu lingkungan, seperti intensitas cahaya yang terpenuhi akan baik bagi pertumbuhan tanaman. Serta faktor internal atau genetik yang akan mendapatkan kualitas dan kuantitas yang baik melalui pertumbuhan dari tanaman itu sendiri (Gustanti, 2014).
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui letak daerah morfologi mana yang terutama terjadi pertumbuhan pucuk tumbuhan. Langkah yang dilakukan pertama kali yaitu menumbuhkan biji kacang hijau terlebih dahulu, yaitu dilakukan dengan cara menyiapkan gelas aqua atau wadah sebagai medium pertumbuhan kacang hijau. Kemudian menyiapkan kapas dan meletakkan  pada dasar gelas aqua atau wadah yang digunakan. Sebelum menumbuhkan biji kacang hijau, hendaknya biji kacang hijau di rendam didalam air selama 24 jam terlebih dahulu agar terjadi proses imbibisi dengan optimal. Lalu meletakkan biji kacang hijau tersebut diatas kapas dan ditata dengan rapi. Kemudian meletakkan gelas aqua tersebut yang telah berisi biji kacang hijau di tempat yang sesuai dengan perlakuan yaitu terang maupun gelap. Menyiram biji tersebut setiap hari dan menunggu hingga 5 hari. Setelah 5 hari, memberikan tanda pada batang tumbuhan kacang hijau dengan spidol mulai dari pucuk hingga pangkal batang dengan intervval 2 mm sebanyak 10. Selanjutnya meletakkan kembali pada tempat semula, baik terang maupun gelap hingga 2 hari dan menyiram dan merawat kembali. Setelah 2 hari, mengamati dan mengukur jarak antara interval tersebut dari pucuk sebanyak 10 interval untuk 5 tumbuhan sebagai perwakilan serta mengamati pada nomor interval mana yang mengalami pertumbuhan tercepat dan pertumbuhan terlambat.
Hasil yang diperoleh, pada perlakuan gelap terjadi pertumbuhan pucuk yang lebih panjang daripada perlakuan terang. Hormon yang berperan adalah hormon auksin. Hormon auksin mampu mengendurkan dinding sel epidermis, sehingga dinding sel epidermis yang sudah kendur menjadi mengembang, kemudian sel epidermis ini membentang dengan cepat, dan pembentangan ini menyebabkan sel sub epidermis yang menempel pada sel epidermis juga mengembang. Hal ini dapat memudahkan air masuk ke dalam batang, dan masuknya air ke dalam batang akan memacu proses perakaran. Jadi hormon auksin ini mampu mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar, perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme dan geotropisme.
Hasil pengamatan yang diperoleh kelompok 1 dengan perlakuan terang dengan total rata-rata interval pada tumbuhan 1, 2, 3, 4, dan 5 masing-masing adalah 0.35, 0.42, 0.37, 0.4, dan 0.27. Pada kelompok 2 dengan perlakuan terang dengan total rata-rata interval pada tumbuhan 1, 2, 3, 4, dan 5 masing-masing adalah 0.19, 0.21, 0.16, 0.175, dan 0.165. Pada kelompok 3 dengan perlakuan terang dengan total rata-rata interval pada tumbuhan 1, 2, 3, 4, dan 5 masing-masing adalah 0.31, 0.49, 0.42, 0.57, dan 0.57. Pada kelompok 4 dengan perlakuan terang dengan total rata-rata interval pada tumbuhan 1, 2, 3, 4, dan 5 masing-masing adalah 0.54, 0.36, 0.26, 0.26, dan 0.41. Pada kelompok 5 dengan perlakuan terang dengan total rata-rata interval pada tumbuhan 1, 2, 3, 4, dan 5 masing-masing adalah 0.53, 0.38, 0.29, 0.42, dan 0.53. Serta pada kelompok 6 dengan perlakuan terang dengan total rata-rata interval pada tumbuhan 1, 2, 3, 4, dan 5 masing-masing adalah 0.85, 0.78, 0.67, 0.68, dan 0.75.
Dari hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa pertumbuhan paling panjang terjadi pada interval 1  yaitu 0,69 dan pertumbuhan paling lambat terjadi pada interval 10 yaitu 0,20. Interval 1 merupakan bagian batang yang berada di pucuk. Hal ini terjadi karena pada bagian pucuk merupakan sel meristem. Sedangkan sel meristem merupakan sel-sel yang memiliki sifat embrional artinya mampu terus menerus membelah diri tak terbatas untuk menambah jumlah sel tubuh.
VII.          Kesimpulan
Letak daerah morfologi yang terutama terjadi pada pertumbuhan yang paling baik yaitu pada pertumbuhan pucuk, karena pucuk merupakan jaringan meristem yang bersifat embrionik sehingga sel-selnya masih aktif membelah. . Oleh sebab itu, perpanjangan pada bagian pucuk jauh lebih pesat daripada bagian yang jauh dari pucuk. Hal tersebut dibuktikan bahwa hasil yang didapatkan pada pengamatan ini yaitu pertumbuhan paling panjang terjadi pada interval 1 yaitu daerah yang berada di bagian paling dekat dengan pucuk.
VIII.          Saran
Praktikum ini membutuhkan tingkat kejelian atau ketelitian yang tinggi, karena praktikum ini menitikberatkan pada panjang interval yang kita ukur. Oleh karena itu disarankan untuk praktikan agar lebih teliti dalam melakukan pengamatan agar saat pengukuran interval tidak terjadi kesalahan.








DAFTAR PUSTAKA
Arimarsetiowati, Rina dan Fitrian Ardiyani. 2012. Pengaruh Penambahan Auxin terhadap Pertunasan dan Perakaran Kopi Arabika Perbanyakan Somatik Embriogenesis. Jurnal Pelita Perkebunan 28 (2): 82-90.
Campbell, N. A, et all. 2008Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Gustanti, Y. 2014. Pemberian Mulsa Jerami Padi (Oryza sativa) Terhadap Gulma dan Produksi Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max (L.) Merr). Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.), Vol.3 (1): 73-79.
Haryanti, S. 2015. Morfoanatomi, Berat Basah Kotiledon dan Ketebalan Daun Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus vulgaris L.) pada Naungan yang Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi, Vol. 23 (1): 47-56.
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta:
Kanisius.
Parman, S. 2015. Pengaruh Pemberian Giberelin pada Pertumbuhan Rumpun Padi
IR-64 (Oryza sativa var IR-64). Buletin Anatomi dan Fisiologi, Vol. 23 (1) :
118-124.
Patma, Utri, et all. 2013. Respon Media Tanam dan Pemberian Auksin Asam
Asetat Naftalen pada Pembibitan Aren (Arenga pinnata Merr). Jurnal
Online Agroteknologi 1 (2): 2337-6597.
Rahmat, P. 2015. Bertanam Hidroponik. Jakarta: PT Agro Media Pustaka.
Shofiana, Arini, et all. 2013. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Hormon
IBA (Indole Butryric Acid) terhadap Pertumbuhan Akar pada Stek Batang
Tanaman Buah Naga (Hylocereus undatus). Jurnal Lentera Bio 2 (1): 2252
3979.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar