Selasa, 13 Desember 2016

Penguapan Air Melalui Proses Transpirasi



Description: http://oman.student.unej.ac.id/wp-content/uploads/2014/11/unej-universitas-jember.png


LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
“Penguapan Air Melalui Proses Transpirasi”









Oleh :
                                    Nama                          : Siti Rosida
                                    NIM                            : 140210103019
                                    Kelas/Kelompok         : A/1







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

      I.          Judul
Penguapan Air Melalui Proses Transpirasi
    II.          Tujuan
Untuk mengetahui proses dan kecepatan peguapan air tumbuhan melalui proses transpirasi serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
  III.          Dasar Teori
Air dan mineral tanah memasuki tumbuhan melalui epidermis akar, melintasi korteks akar, dan masuk ke stele. Di stele terdapat getah xilem (xylem sap), air dan mineral tersebut terlarut di dalam xilem, kemudian di transpor jarak jauh oleh aliran massal ke vena (urat daun) yang bercabang-cabang di seluruh bagian daun (Campbell, 2010: 354).
Air merupakan salah satu faktor penentu keberlangsungan kehidupan tumbuhan. Banyak atau sedikit air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas (Dwidjoseputro, 1994).
Transpirasi merupakan air yang hilang dalam bentuk uap air melalui proses penguapan yang terjadi di permukaan daun tanaman (Sutanto, 2009).
Sel hidup tumbuhan dapat berhubungan langsung dengan atmosfer melalui bagian tumbuhan yang disebut stomata dan lentisel, sehingga transpirasi terjadi melalui kutikula pada daun tumbuhan. Sel-sel hidup tersebut berada dalam keadaan turgid dan sedang bertranspirasi yang diliputi oleh lapisan tipis air yang diperoleh dari dalam sel. Sebaliknya, persediaan air dalam tumbuhan ini diperoleh dengan cara translokasi air dan unsur-unsur penghantar dari akar melalui xylem (Wanggai, 2009).
Transpirasi pada tumbuhan memegang peranan penting dalam proses metabolisme serta memberikan manfaat bagi tumbuhan. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar. Sebenarnya seluruh bagian tanaman itu melakukan transpirasi, akan tetapi yang sering dibicarakan hanya transpirasi yang terjadi melalui daun, karena hilangnya molekul-molekul air dari tubuh tanaman sebagian besar lewat daun. Hal ini dikarenakan luasnya permukaan daun, dan juga karena daun-daun itu lebih terkena udara dibandingkan dengan organ tanaman yang lain (Dwidjoseputro, 1994).
Air yang diserap oleh bulu akar akan diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Tidak semua air yang diserap akan digunakan dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan akan dibuang melalui proses transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, maka pertumbuhan pokok akan terhalang (Devlin, 1983).
Pada musim panas, transpirasi meningkat dengan cepat pada pagi hari, puncak laju transpirasi terjadi pada siang hari. Semakin sore laju transpirasi semakin menurun. Pada malam hari laju transpirasi dapat dikatakan nol (Fried, 2005). Oleh karenanya menurut Justice dan Bass (1990) bahwa semakin tinggi suhu udara dan semakin besar perbedaan suhu, maka laju pengeringan akan semakin cepat (Putra, 2013).
Sinar matahari menyebabkan terbukanya stomata dan keadaan yang gelap menyebabkan menutupnya stomata, jadi banyaknya sinar berarti juga mempergiat terjadinya proses transpirasi. Karena sinar juga mengandung panas (terutama sinar infra merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian akan menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian akan mempercepat terjadinya transpirasi. Daun juga sering kali terbuka terhadap tingkat penyinaran tinggi, yang melalui peningkatan suhu daun meningkatkan laju potensial kekurangan air. Kebanyakan air yang hilang sebagai uap dari suatu daun menguap ke permukaan dinding epidermis bagian dalam yang basah dan mesofil yang berdekatan dengan rongga-rongga dibawah stomata, dan hilang ke udara melalui pori stomata (tranpirasi stomata) (Dwidjoseputro, 1994).
Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak diatas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula dan lentisel. Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan layu bahkan mati (Devlin, 1983).
Transpirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor luar (eksternal) maupun faktor dalam (internal). Faktor dalam (internal) meliputi: besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidak pada permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, serta bentuk dan letak stomata. Sedangkan faktor luar (eksternal) antara lain: kelembapan, suhu, cahaya, angin, dan kandungan air dalam tanah. Semakin banyak jumlah daun maka semakin banyak pula jumlah stomatanya, sehingga menyebabkan semakin besar pula transpirasinya. Luas daun juga berpengaruh terhadap laju transpirasi. Hal ini dikarenakan daun yang luas akan memiliki stomata yang banyak, sehingga mengakibatkan tingginya laju transpirasi (Papuangan, 2014: 289).
  IV.          Metode Pengamatan
4.1  Alat dan Bahan
4.1.1   Alat
a.      Gunting tanaman
b.     Baskom kecil
c.      Gelas ukur 10 ml
d.     Timbangan
e.      Mikroskop
f.      Gelas obyek dan penutup
g.     Rak tabung
4.1.2   Bahan
a.      Batang/ranting pacar air (Impatiens balsamina)
b.     Batang/ranting bunga kupu-kupu (Bauhinia sp)
c.      Minyak kelapa
d.     Kuteks bening
e.      Kertas kuarto
f.      Kertas grafik
4.2  Prosedur Kerja
 

























































 



































    V.          Hasil Pengamatan
Tumbuhan
Perlakuan
Laju Transpirasi
Jumlah stomata yang terlihat
Jumlah stomata hitungan
W
T
(ml)
G
(ml)
K
(ml)
T
G
Terang
Gelap
Terang
Gelap
A
B
A
B
A
B
A
B
Pacar air
0
8,2
8
6,8
0,0033
0,0005
176
101
10
45
168.895
387.692
20.637
371.465
5
8,1
7,9
6,6
10
8
7,9
6,6
15
8
7,9
6,6
20
7,9
7,9
6,4
25
7,8
7,9
6,4
30
7,6
7,9
6,4
Daun kupu-kupu
0
7,4
6
5,8
0,0027
0,00167
27
55
4
25
129.548
263.895
9291
929.076
5
7,4
5,9
5,8
10
7,2
5,9
5,8
15
7
5,8
5,6
20
7
5,7
5,4
25
7
5,7
5,2
30
6,9
5,7
5,1

  VI.          Pembahasan
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan melalui proses transpirasi serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Pada saat melakukan percobaan dilakukan beberapa tahapan kerja, yaitu memotong batang atau ranting tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina) dan Bauhinia sp. di bawah permukaan air dan mengusahakan potongan selalu berada dalam air, demikian juga sewaktu memasukkan potongan batang atau ranting ke dalam gelas ukur diusahakan selalu terendam. Untuk setiap perangkat (set) mengisi 3 gelas ukur 10 ml dengan air sebanyak 6-7 ml. Lalu memasukkan segera potongan ranting tumbuhan tersebut ke dalam 3 gelas ukur dan satu gelas ukur dibiarkan dalam ruangan laboratorium (sebagai kontrol). Selanjutnya membuat tinggi permukaan air pada ketiga gelas ukur sama, kemudian menetesi dengan minyak kelapa sampai seluruh permukaan tertutup, maksudnya agar air tidak menguap. Setelah itu menyusun setiap perangkat pada rak tabung dan mencatat waktu saat memasukkan potongan ranting ke dalam gelas ukur. Kemudian meletakkan satu gelas ukur pertama di luar laboratorium yaitu di lapangan terbuka dengan terik matahari (perlakuan tempat terang), satu gelas ukur kedua diletakkan dalam tempat yang gelap (perlakuan tempat gelap), dan satu gelas ukur yang ketiga diletakkan dalam laboratorium sebagai kontrol. Lalu mengamati dan mencatat perubahan air yang terjadi dalam gelas ukur setiap 5 menit selama 30 menit dengan membaca skala yang ada pada gelas ukur dan mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan. Kemudian mencatat pula jumlah air yang diuapkan setiap periode tersebut dan menghitung nilai rata-ratanya. Selanjutnya mengukur luasan daun yang digunakan pada percobaan ini dengan salah satu cara dari kedua metode berikut:
a.      Metode penimbangan
-        Mengambil kertas kuarto, menimbang bobot kertas kuarto utuh (bk) dan menghitung luasnya (lk)
-        Menggambar daun-daun pada ranting yang digunakan pada percobaan di kertas kuarto (dengan menjiplak daun utuh) lalu memotong sesuai ukuran daun tersebut
-        Menimbang bobot kertas yang dipotong atau duplikat daun (bd)
-        Luas daun (ld) ditentukan dengan rumus: ld = lk x bd / bk
b.     Metode dengan bantuan kertas grafik (mm blok)
Menjiplak daun-daun pada kertas grafik, lalu menghitung luasan daun pada hasil jiplakan yang ada pada kertas grafik tersebut.
Langkah selanjutnya yaitu mengoleskan kuteks bening pada sisi atas dan bawah daun dan membiarkan beberapa menit hingga mengering. Kemudian menarik dengan bantuan pinset kuteks yang telah mengering tersebut secara hati-hati dan meletakkan di atas gelas obyek, memberi air sedikit dan menutup dengan gelas penutup. Selanjutnya mengamati dengan menggunakan mikroskop pada perbesaran 10 x 40 dan menghitung jumlah stomata/ mm2 luas bidang pandang (mm2 luas daun). Menghitung luas bidang pandang (10 x 40) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.      Meletakkan penggaris plastik berskala mm di atas meja obyek dan mengamati pada perbesaran 10 x 10, mengusahakan untuk mendapatkan bayangan skala mm sejelas mungkin dan memperkirakan diameter bidang pandang  tersebut
b.     Diameter bidang pandang dengan perbesaran kuat (10 x 40) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Øok           = Øol x pl / pk
Øok           = diameter bidang pandang dengan obyektif perbesaran kuat
Øol            = diameter bidang pandang dengan obyektif perbesaran lemah
pl               = perbesaran lensa obyektif lemah
pk              = perbesaran lensa obyektif kuat
c.      Jika diameter bidang pandang sudah diperoleh, maka jari-jari ® bidang pandang dapat dihitung (r = ½ x diameter). Lalu menghitung luas bidaang pandang (10 x 40) dengan menggunakan rumus luas lingkaran yaitu: L = ᴨr2 , nilai ᴨ = 3.14
Dan langkah terakhir yaitu mengkonversikan jumlah stomata per satuan mm2 luas daun.
Pada praktikum ini mengamati proses terjadinya transpirasi pada tumbuhan. Sedangkan transpirasi itu sendiri merupakan hilangnya air dalam bentuk uap air ke atmosfer atau lingkungan. Oleh karena itu penggunaan gelas ukur sangat membantu pada proses pengamatan ini, karena praktikan dapat mengamati hilangnya air tersebut dari melihat skala yang tertera pada gelas ukur.
Proses terjadinya transpirasi dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor dalam (internal) meliputi:
a.      Besar-kecilnya daun, dengan adanya perbedaan ukuran pada daun maka luas daun antara satu tumbuhan dengan tumbuhan yang lain juga berbeda, oleh karena itu proses terjadinya transpirasi antara satu tumbuhan dengan tumbuhan yang lain berbeda pula,
b.     Tebal-tipisnya daun, dengan perbedaan ketebalan daun dapat mempengaruhi penyimpanan air pada daun, sehingga proses transpirasi pada tumbuhan berdaun tebal dengan tumbuhan berdaun tipis juga berbeda,
c.      Ada-tidaknya kutikula (lapisan lilin pada permukaan atas daun) berpengaruh pada proses transpirasi karena kutikula dapat megurangi hilangnya air akibat penguapan,
d.     Banyak sedikitnya stomata, karena stomata merupakan jalur proses terjadinya transpirasi maka membuka dan menutupnya stomata sangat berpengaruh terhadap proses transpirasi
e.      Letak dan bentuk stomata, karena perbedaan letak dan bentuk stomata dapat mempengaruhi kecepatan laju transprasi.
Sedangkan faktor luar (eksternal) meliputi:
a.      Cahaya, yaitu semakin meningkat intensitas cahaya sampai batas optimal maka semakin lebar stomata membuka sehingga tranpirasi semakin cepat,
b.     Kelembaban udara, yaitu semakin lembab udaranya, maka laju transpirasi akan semakin lambat,
c.      Temperatur udara, semakin tinggi temperatur udara, maka semakin cepat laju transpirasinya,
d.     Angin, yaitu angin dapat mempengaruhi temperatur udara sekitar, sehingga jika temperatur udara berubah maka berubah pula laju transpirasinya,
e.      Kandungan air dalam tanah, yaitu semakin banyak kandungan air dalam tanah maka akan mempercepat laju transpirasi karena hal tersebut merupakan usaha untuk mengurangi kelebihan air dalam tubuh tumbuhan.
Transpirasi ini mempunyai peranan penting terhadap tumbuhan, yaitu membantu membuang atau mengurangi kelebihan air dalam tumbuhan. Akan tetapi jika terlalu banyak air yang dibuang maka akan merugikan tumbuhan itu sendiri, karena tumbuhan tersebut akan kekurangan air sehingga menjadi layu bahkan mati.
Dalam proses percobaan dilakukan pemotongan batang tumbuhan di dalam air, hal ini dikarenakan untuk menghindari masuknya udara ke dalam tumbuhan agar memudahkan pada saat pengamatan stomata di mikroskop. Dilakukannya penambahan minyak kelapa pada permukaan air hingga seluruh permukaan tertutup minyak, hal ini dimaksudkan agar air dalam gelas ukur tidak menguap, sehingga peguapan hanya terjadi melalui daun yaitu melalui proses transpirasi. Serta penggunaan kuteks bening yang di oleskan pada daun bagian atas dan bawah, bermanfaat sebagai medium jiplakan stomata agar memudahkan dalam perhitungan jumlah stomata.
Pada percobaan penguapan melalui proses transpirasi ini menggunakan 2 jenis tumbuhan, yaitu pacar air (Impatiens balsamina) dan daun kupu-kupu (Bauhinia sp). Dalam satu kelas dibagi menjadi 6 kelompok, kelompok 1, 2 dan 3 mengamati proses transpirasi pada tumbuhan pacar air. Kelompok 1 mengamati pada tempat terang (di lapangan), kelompok 2 mengamati pada tempat gelap (di toilet), dan kelompok 3 mengamati tumbuhan kontrol (di dalam laboratorium). Sedangkan kelompok 4, 5 dan 6 mengamati proses transpirasi pada daun kupu-kupu. Kelompok 4 mengamati pada tempat terang (di lapangan), kelompok 5 mengamati pada tempat gelap (di toilet), dan kelompok 6 mengamati tumbuhan kontrol (di dalam laboratorium). Dari hasil yang diperoleh, pada tumbuhan pacar air laju transpirasi tumbuhan lebih cepat pada tempat terang yaitu sebesar 0.0033, sedangkan pada tempat gelap hanya sebesar 0.0005. Begitu pula pada tumbuhan daun kupu-kupu, laju transpirasinya lebih cepat pada tempat terang yaitu sebesar 0.0027, sedangkan pada tempat gelap hanya sebesar 0.0016. Pada jumlah stomata yang dihitung secara manual, terdapat perbedaan pula antara tempat terang dengan tempat gelap, hasilnya menunjukkan lebih banyak pada tempat terang daripada tempat gelap. Pada tumbuhan pacar air, jumlah stomata pada tempat terang bagian atas daun yaitu 176 dan pada bagian bawah daun 101. Sedangkan pada tempat gelap bagian atas daun yaitu hanya 10 dan pada bagian bawah daun hanya 45. Pada tumbuhan daun kupu-kupu, jumlah stomata pada tempat terang bagian atas daun yaitu 27 dan pada bagian bawah daun 55. Sedangkan pada tempat gelap bagian atas daun hanya 4 dan pada bagian bawah daun hanya 25.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Papuangan (2014), bahwa salah satu faktor internal yang sangat mempengaruhi transpirasi adalah jumlah stomata, maka hasil yang diperoleh pada pengamatan ini dapat dikatakan hasilnya benar atau sesuai dengan teori. Karena pada pengamatan diperoleh hasil bahwa tumbuhan yang diletakkan pada tempat yang terang memiliki laju transpirasi yang lebih cepat bila dibandingkan dengan tumbuhan yang diletakkan pada tempat gelap, dan tumbuhan yang diletakkan pada tempat terang memiliki jumlah stomata yang lebih banyak daripada tumbuhan yang diletakkan pada tempat gelap. Jadi semakin banyak jumlah daun maka semakin banyak pula jumlah stomatanya, sehingga menyebabkan semakin besar pula laju transpirasinya. Selain itu, luas daun juga berpengaruh terhadap laju transpirasi. Hal ini dikarenakan daun yang luas akan memiliki stomata yang banyak, sehingga mengakibatkan tingginya laju transpirasi.
Perhitungan luas daun pada pengamatan ini menggunakan metode penimbangan, yaitu dengan cara mengambil kertas kuarto dan menimbang bobot kertas kuarto tersebut secara utuh (bk), serta menghitung luas kertas kuarto tersebut (lk). Kemudian menggambar daun-daun pada ranting yang digunakan pada percobaan di kertas kuarto dengan cara menjiplak daun secara utuh, lalu memotong sesuai ukuran daun tersebut. Selanjutnya menimbang bobot kertas yang dipotong atau hasil duplikat daun (bd), dan langkah terakhir yaitu menghitung luas daun ditentukan dengan rumus:
ld = lk x bd / bk
keterangan:
            ld         : luas daun
            lk         : luas kertas kuarto utuh
            bd        : bobot kertas duplikat daun
            bk        : bobot kertas kuarto utuh.
VII.          Kesimpulan
Proses transpirasi terjadi pada organ daun, yaitu melalui stomata, lentisel dan kutikula. Akan tetapi proses transpirasi dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor dalam (internal) meliputi besar-kecilnya daun, tebal-tipisnya daun, terdapat lapisan lilin atau tidak, banyak-sedikitnya stomata, serta bentuk dan letak stomata. Sedangkan faktor luar (eksternal) meliputi kelembapan, suhu, cahaya, angin, dan kandungan air dalam tanah.
VIII.          Saran
Pada praktikum ini mengalami kendala efisiensi waktu pengamatan, oleh karena itu untuk praktikum selanjutnya diharapkan waktu yang dipergunakan lebih efisien.




























DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A, dkk. 2010. Biologi Edisi kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Devlin, R.M and K.H.Withan. 1983. Plant Phisiology. Boston: Williard Grant
Press.
Dwijoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia
            Jakarta.
Papuangan, N., dkk. 2014. Jumlah dan Distribusi Stomata Pada Tanaman
Penghijauan. Vol 3 No (1), September 2014.
Putra, Gustiansyah Perdhana. 2013. Respons Morfologi Benih Karet (Hevea
Brasiliensis Muell Arg.) Tanpa Cangkang Terhadap Pemberianpeg 6000
Dalam Penyimpanan Pada Dua Masa Pengeringan: Jurnal Online
Agroekoteknologi ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.1: 145-152, Desember
2013.
Sutanto, Rachman. 2009. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Wanggai, Frans. 2009. Manajemen Hutan. Jakarta: Grasindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar